Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Kamis, 09 Mei 2019 | 16:05 WIB
Masjid Sokambang. (Antara)

"Dulu bahkan ceritanya Sultan juga sering ke masjid ini," kata Kiyai Amiruddin, salah satu tokoh di Desa Kebunagung, dalam siaran laman resmi Pemerintah Kabupaten Sumenep.

Siaran di laman resmi Pemerintah Kabupaten Sumenep juga menyebutkan bahwa masjid yang dibangun oleh putra Panembahan Sumolo itu dulu biasa digunakan untuk mempelajari kitab-kitab agama klasik. Ulama yang tercatat pernah mengajar antara lain Kyai Anjuk dan Kiyai Bayanullah.

Di kalangan keluarga keraton Sumenep ada cerita mengenai Raden Ario Abdul Ghani Atmowijoyo, salah satu bangsawan Sumenep, yang selalu menyempatkan berhenti di Masjid Sokambang untuk shalat sebelum ziarah ke Asta Tinggi.

Episentrum Madura

Baca Juga: Gadis Kecil yang Rapikan Sandal Jemaah di Masjid Ini Bikin Terharu

Masjid Sokambang. (Antara)

Pemerhati sosial, politik dan budaya kawasan Madura, Surokim Abdussalam, mengatakan Pulau Madura punya dua episentrum kebudayaan, Kabupaten Bangkalan dengan tokoh utama seperti Syaikhona Kholil di kawasan barat dan Kabupaten Sumenep dengan tokoh seperti Sultan Abdurahman Pakunantaningrat di bagian timur.

Surokim mengatakan masih banyak kekayaan budaya Madura yang belum terangkat ke publik, karenanya belum banyak orang yang mengetahui kazanah budayanya, termasuk keberadaan Masjid Sokambang dan peninggalan raja-rajanya pada masa lalu.

Penulis buku Madura 2020 dan Madura 2030 itu menambahkan, literasi rinci mengenai Madura juga masih sedikit karena tidak banyak penulis dan ahli sejarah yang datang dan melakukan penelitian di Madura. Padahal ada temuan benda bersejarah seperti nisan kuno dengan ukiran kalimat syahadat, shalawat nabi dan tulisan Jawa Kuno Caraka di sana.

"Untuk sisi timur, Sumenep memang dikenal memiliki kebudayaan yang tinggi dengan pola bahasa lebih halus dibanding daerah lain di Madura, hal ini bisa menjadi bukti tingginya kebudayaan di wilayah itu," kata Surokim, dosen komunikasi politik, media dan opini publik di Universitas Trunojo Madura.

Dia menekankan pentingnya lebih banyak penelitian mengenai sejarah dan budaya Madura untuk mengungkap misteri yang masih terpendam mengenai masa lalunya. (Antara)

Baca Juga: 10 Ribu Jemaah Diprediksi Hadiri Tarawih Akbar di Masjid Istiqlal

Load More