Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Selasa, 24 Desember 2019 | 04:30 WIB
Untung (49) Guru Difabel yang mendapatkan penghargaan atas dedikasinya di dunia pendidikan selama 26 tahun, bersama anak keduanya. [Suara.com/Arry Saputra]

SuaraJatim.id - Keterbatasan fisik bagi sebagian orang kerap tak menghalangi untuk bisa berbagi ilmu bermanfaat, begitu pula yang dilakukan Untung (49) yang berpuluhan tahun mendedikasikan diri dalam dunia pendidikan.

Selama 26 tahun, dengan dua kakinya, Untung mengajar murid muridnya di bidang Agama Islam di dua sekolah yakni MI Miftahul Ulum sejak 1993 dan MTs yang berada di Sumenep, Madura.

Dedikasinya selama berpuluh-puluh tahun itu akhirnya membuahkan hasil. Ia mendapatkan penghargaan berupa Widya Wiyata Dharma Samya oleh Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Penghargaan tersebut diberikan saat Rapat Senat Terbuka Lustrum XI di Garaha Unesa pada Senin (23/12/2019)

Untung menceritakan kesehariannya sebagai pengajar di tempatnya mengajar. Meski tak memiliki dua tangan, semangat untuk memberikan ilmu kepada para muridnya sangat tinggi. Bapak dua anak ini setiap harinya selalu berjalan kaki menuju sekolah.

Baca Juga: Jadi Sosok yang Inspiratif, Model Difabel Mama Cax Meninggal di Usia 30

"Setiap pagi untuk berangkat mengajar saya selalu berjalan kaki. Kalau ada anak saya, terkadang diantar menuju tempat saya mengajar. Jarak antara rumah dengan sekolahan sekitar satu kilometer saja," kata Untung.

Untung mengatakan, alasannya mendedikasikan diri di dunia pendidikan didorong keinginan berbagi ilmu kepada masyarakat di desa yang mayoritas masih tertinggal pendidikannya, terutama di ilmu agama.

"Saya memikirkan masyarakat di sekitar saya tinggal itu banyak yang tertinggal pendidikannya, kurang mengenyam pendidikan terutama pendidikan agama. Saya termotivasi bagaimana masyarakat di sekitar saya tidak seperti yang di daerah daerah lain, maka saya terjun di dunia pendidikan. Karena pendidikan yang bisa membawa ke masa depan," ucap Untung.

Untung setiap harinya mengajar sebanyak 346 siswa di dua sekolah saat pagi hingga siang hari. Sore harinya ia habiskan untuk mengajar mengaji di rumahnya. Hasil yang ia peroleh dari mengajar pun tak cukup untuk kebutuhan sehari-harinya.

"Saya menjadi guru kelas MI, di MTs jadi guru bidang studi Al Quran Hadits, dulu Bahasa Arab, taklim, dan fokus di Al Quran Hadits. Di MI murid 146 keseluruhan, cuma yang saya pegang untuk kelas V sekitar 12 orang. Kalau MTs 200 orang, kelas II dan kelas III, kelas 1 tidak pegang karena waktu tak mencukupi," katanya.

Baca Juga: Sosok Pahlawan Difabel Pengendara Skateboard

Selain mengajar, Untung juga menjadi peternak ayam dan burung love bird. Semangatnya yang tinggi untuk menafkahi keluarganya sampai bisa menguliahkan anak pertamanya menempuh pendidikan sarjana serta anak kedua yang masih SMP.

"Kalau di MI saya mendapatkan Rp 324 ribu sebulan, kalau di MTs Rp 290 ribu dalam satu bulan. Jadi penghasilan saya sekitar Rp 600 ribu. Selain ngajar untuk sehari-hari istri di rumah membantu saya mengajar baca Quran. Piara burung, ayam untuk menanggulangi biaya anak saya sekarang yang sudah semester tujuh mau skripsi di UniversitasTinggi Ilmu Agama Islam," katanya.

Pencapaian yang di raih oleh Untung ini merupakan semangatnya, tak mengenal lelah dalam kondisi difabel tak memiliki dua tangan, membagikan ilmu agama hingga mendapatkan penghargaan. Ia berharap kepada semua pendidikan dan tenaga pendidik untuk tetap bersemangat dalam memberikan ilmu kepada penerus bangsa.

"Harapan saya ke depan untuk semua pendidik atau tenaga pendidik, mari kita memikirkan terutama masyarakat seperti digaungkan pak menteri. Semua itu berasal dari desa, sebelum menjadi desa yang maju dimulai dari tertinggal dulu untuk memajukannya. Insyaallah semua yang ada di Indonesia terutama dalam pendidikan akan lancar sesuai harapan."

Kontributor : Arry Saputra

Load More