Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Kamis, 27 Februari 2020 | 19:01 WIB
Makam Mbah Bungkul di kompleks Taman Bungkul, Jalan Taman Bungkul, Darmo Surabaya. [Suara.com/Arry Saputra]

"Jadi itu bukan harta karun, itu peninggalannya Mbah Bungkul yang pernah dirawat orang tua kita terus dikubur. Tapi kalau ada harta karun ya... kaya saya. Yang benar peninggalan berupa pusaka-pusaka dan itu cerita dari dulu terus di tulis dalam buku. Jadi bukan harta karun berupa pusaka itu," katanya.

"Karena kaitannya kan dari peninggalan kan banyak. Akhirnya sesuai dengan permintaan pendahulu itu dikubur. Tapi dikasih tetenger atau tanda. Seperti itu. Saya aja ga berani bongkar, orang tua saya aja ga berani apalagi saya."

Siswanto sendiri mengatakan Makam Bungkul beserta tamannya disebut sebagai Dusun Bungkul. Jadi ia mengetahui mengenai legenda Mbah Bungkul dari para leluhurnya.

"Saya asli Desa Bungkul Dusun Bungkul saya berhak untuk menceritakan. Cuma yang saya pertahankan saya sebagai WNI atau warga Surabaya saya bukan pendatang, iya cuma di situ jangan dihilangkan saya minta tolong identitas Dusun Bungkul itu ada biar kalau ada yang tanya itu tahu," katanya.

Baca Juga: Jelang Imlek, 3 Keris Pusaka Tokoh Banyumas Ikut Disucikan di Kelenteng

Kontributor : Arry Saputra

Load More