SuaraJatim.id - Pandemi Covid-19 yang terjadi beberapa waktu belakangan berdampak besar pada kehidupan seniman dan kesenian tradisional di berbagai daerah. Salah satunya dialami seniman kesenian Gandrung yang merupakan tradisi dari Kabupaten Banyuwangi.
Larangan berkumpul dan keramaian membuat pentas kesenian tradisional tersebut membuat pegiatnya tak memiliki sumber penghidupan. Kondisi tersebut membuat mereka tak tahu lagi harus mendapatkan sesuap nasi di tengah wabah Corona yang tidak diketahui kapan akan berakhir.
Perasaan tersebut menghinggap di pikiran seorang penari Gandrung senior, yang juga seorang sinden, Supinah. Pemilik sanggar seni di Desa Olosari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi ini harus rela berdiam diri di rumah selama pandemi berlangsung.
“Adanya Covid-19 besar sekali pengaruhnya, kami (seniman) sama sekali nggak bisa pentas, jadi gak ada penghasilan sama sekali,” kata Supinah saat dihubungi Suara.com pada Kamis (21/5/2020).
Tidak hanya pentas yang dilarang, kegiatan di sanggarnya pun berhenti. Meski begitu, Supinah mencoba bertahan hidup dari sisa-sisa uang tabungan yang dikumpulkan dari hasil manggung di berbagai tempat, sebelum virus asal Kota Wuhan, China merebak.
Kini sudah hampir tiga bulan, Supinah dan para seniman dari sanggarnya hanya berdiam diri di rumah. Imbasnya, dia tak memiliki pemasukan sama sekali, pun hal tersebut malah membuat pengeluaran terus berjalan. Seniman yang juga pelatih tari ini pun mengaku telah berpikir untuk menjual beberapa barang, jika pandemi berlangsung lebih lama lagi.
“Sekarang masih ada simpanan tabungan, ya kalau sampai habis harus siap jual barang apa saja,” kata Supinah.
Sebelum pandemi Virus Corona, hampir setiap hari Supinah dan kelompok seni dari sanggarnya mentas di panggung-panggung warga. Dalam sekali pentas setiap kelompok bisa mendapat Rp 4 juta hingga Rp 7 juta sesuai dengan kesenian yang dipentaskan. Uang tersebut dibagi anggota kelompok setelah dipotong akomodasi.
“Kalau lengkap sama seni tarinya sampai Rp 7 juta. Nanti dibagi, rata-rata bisa sampai Rp 500 (ribu) per orang. Alhamdulillah di Banyuwangi tidak pernah sepi tanggapan. Cuma saat Covid ini nggak bisa,” kata perempuan kelahiran 1965 itu.
Baca Juga: Aksi Memikat Ribuan Penari Gandrung Sewu
Di sanggar miliknya, ada sekitar 70 seniman yang bergantung pada seni pertunjukan tradisi tersebut. Lantaran, banyak di antaranya yang tidak memiliki pekerjaan lain terutama mereka yang telah berusia lanjut.
“Beberapa anggota sanggar di sini ada yang tani itu para laki-laki, kalau perempuan dan yang senior yang sepuh hanya kerja sebagai seniman kalau gak pentas ya tidak ada penghasilan. Ini juga dirasakan seniman seluruh Banyuwangi."
Melihat nasib yang mulai tidak menentu, seniman yang memulai karier sebagai penari sejak tahun 1979 ini, berupaya meminta bantuan kepada Dinas Pariwisata Banyuwangi. Namun, ia sadar bantuan pemerintah tidak bisa diharapkan, jika pandemi berlangsung lebih lama. Ditambah menjelang hari raya banyak harga kebutuhan yang naik.
“Saya sama teman-teman sudah ngomong sama dinas, tentang kesulitan kami. Katanya nanti diberi sembako. Ya berdoa saja segera selesai virusnya biar bisa pentas, bisa ada penghasilan, itu harapan kami,”
Selain kebutuhan finansial yang memburuk selama pandemi, para seniman juga merasa stres karena lebih banyak berdiam diri. Supinah menceritakan suntuknya hanya berdiam di rumah, padahal biasanya ia berlatih di sanggar bersama seniman-seniman lain.
“Latihan juga pernah ditegur gak boleh rame-rame padahal cuma berdua sama anak, Cuma mau ngilangin stres ini.”
Saat ini para seniman gandrung Banyuwangi bersolidaritas untuk saling mendukung dan tetap berkarya saat pandemi. Mereka membuat video di rumah masing-masing untuk dibagikan di sosial media.
Selain sebagai penghibur diri, video tersebut juga diharapkan dapat mengobati kerinduan warga Banyuwangi pada kesenian yang sudah membawa nama Banyuwangi sebagai Kota Gandrung.
Kontributor : Nurul Aini
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! Akhir Pahit Mees Hilgers di FC Twente
- 'Ogah Ikut Makan Uang Haram!' Viral Pasha Ungu Mundur dari DPR, Benarkah?
- Satu Kata Misteri dari Pengacara Pratama Arhan Usai Sidang Cerai dengan Azizah Salsha
- Eks Feyenoord Ini Pilih Timnas Indonesia, Padahal Bisa Selevel dengan Arjen Robben
- Uya Kuya Klarifikasi Video Joget 'Dikira Rp3 Juta per Hari itu Gede'
Pilihan
-
Timnas Kena Ghosting! Kuwait Batal Tanding Mendadak, Erick Thohir Sampai Curiga Ada Sabotase
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan dengan Baterai 6000 mAh Terbaru, Awet Berhari-hari
-
'Surat Cinta' Rakyat di Tembok DPR: Dari 'Who Needs Gibran' Sampai 'Gaji Naik, IQ Jongkok'
-
WIKA Akui Lalai Bayar Surat Utang Triliunan, Nasib Investor di Ujung Tanduk?
-
Azizah Salsha Punya Waktu 14 Hari Buat Gagalin Talak Pratama Arhan, Kok Bisa Begitu?
Terkini
-
Festival Kuliner Kampoeng Tempo Doeloe 2025, BRI Tawarkan Hadiah dan Lelang Gadget Eksklusif
-
IM3 Perkenalkan SATSPAM di Surabaya, Fitur Proteksi Otomatis dari Penipuan Digital
-
Bayar Tagihan Akhir Bulan? Klaim 5 Saldo Dana Kaget Ini
-
Lomba Ayam Terbang di Pesisir Situbondo
-
Kendalikan Inflasi & Tingkatkan Daya Beli Masyarakat, Gubernur Khofifah Gelar Pasar Murah di Sumenep