Scroll untuk membaca artikel
Bangun Santoso
Kamis, 23 Juli 2020 | 09:54 WIB
Ibu Karlik rela menjual kambing demi sang anak bisa belajar daring. (Beritajatim.com)

SuaraJatim.id - Karlik (41) rela menjual kambing peliharaannya seharga Rp 700 ribu. Uang hasil penjualan kambing tersebut demi untuk membeli sebuah telepon genggam atau Hp jenis android. Namun karena masih kurang, warga Desa Marmoyo, Kecamatan Kabuh, ini membongkar celengan milik sang anak.

Dilansir dari Beritajatim.com (jaringan Suara.com), dari penjualan kambing dan mecah celengan itu terkumpul duit Rp 1,5 juta. Barulah Karlik bisa mendapat satu unit Hp jenis android. Telepon pintar itu sebenarnya bukan untuk Karlik, namun untuk anaknya yang masih sekolah. Karena sejak pandemi Covid-19, pihak sekolah melakukan pembelajaran secara daring (dalam jaringan) atau online. Tentu saja, Hp menjadi kebutuhan utama.

Ternyata, satu Hp dalam satu keluarga belum mencukupi. Jadilah Hp tersebut dipegang secara bergantian. Pagi untuk belajar, siang sampai malam untuk mainan. Pagi digunakan untuk anak Karlik yang masih duduk di bangku kelas II SDN Marmoyo, siangnya digunakan anak pertamanya yang berusia 20 tahun.

“Jadi ya gantian. Anak saya yang pertama usianya sudah 20 tahun. Kemudian yang kedua masih kelas dua sekolah dasar. Sebelumnya kami tidak memiliki Hp. Karena di Desa Marmoyo tidak ada sinyal. Mulai ada pembelajaran online inilah saya membelikan Hp untuk anak. Itupun uang hasil jual kambing,” kata istri dari Samirin (45) ini.

Baca Juga: Sepekan Tatap Muka ada Guru Positif Corona, Pariaman Kembali Belajar Daring

Pada Rabu (22/7/2020) pagi, Karlik menunggui sang anak, Karin Mardi Lestari (7), yang sedang belajar secara daring di rumah Sekdes (Sekretaris Desa) Marmoyo, Sumandi. Ada empat anak yang berada di kediaman perangkat desa tersebut. Mereka sedang mengerjakan tugas yang diberikan secara online.

Anak-anak di pinggiran hutan itu terpaksa menumpang wifi gratis di rumah Sekdes Sumandi. Kalau belajar di rumah, kata Karlik, tidak mungkin dilakukan. Karena di Desa Marmoyo tidak ada jaringan operator seluler.

“Susah kalau belajar di rumah,” katanya.

Karlik kembali menceritakan soal penjualan kambing miliknya. Hal itu terpaksa dilakukan, karena saat ini belum musim panen tembakau. Penghasilan sang suami juga pas-pasan. Hanya cukup untuk makan sehari-hari.

“Ada sawah sedikit. Namun suami saya nyambi jadi buruh tani untuk menambahkan penghasilan,” kata ibu dua anak ini.

Baca Juga: 73 Persen Anak Indonesia Alami Kekerasan Selama Pandemi Corona

Karlik berharap pandemi Covid-19 segera sirna. Karena hal itu semakin menyusahkan orang kecil seperti dirinya. Dia harus membagi waktu antara menunggui anaknya belajar dan bekerja di sawah. Belum lagi sang anak yang sering lupa belajar ketika sudah asyik bermain.

Load More