SuaraJatim.id - Meski pemerintah menetapkan awal bulan Syawal 1442 H atau Hari Raya Idul Fitri jatuh pada Kamis 13 Mei 2021, namun jemaah yang berada di sekitar Pondok Pesantren (Ponpes) Mahfilud Duror Desa Suger Kidul Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember sudah melaksanakan Salat Id pada Rabu (12/5/2021).
Seperti tahun sebelumnya, santri dan masyarakat di sekitar Ponpes Mahfilud Duror kerap berpuasa Ramadhan dan merayakan Idul Fitri lebih cepat dibandingkan dengan pemerintah.
“Ya alhamdulillah kita pagi ini sudah menggelar Salat Id, meski selama dua tahun terakhir ini tidak ada tradisi mudik karena Covid-19,” ujar Pengasuh Ponpes Mahfilud Duror KH Ali Wafa saat ditemui Jatimnet.com-jaringan Suara.com.
Santri dan masyarakat di sekitar ponpes menggelar Salat Id di tiga tempat yang berdekatan, yakni dua masjid yang ada di lingkungan pesantren untuk jemaah putri dan putra (terpisah), serta Masjid Al-Barkah yang ada di pinggir jalan raya.
Meski mendahului, KH Ali Wafa menyampaikan penetapan awal puasa dan Hari Raya Idul Fitri memiliki dasar hukum yang jelas.
Selama bertahun-tahun, pesantren ini mengacu pada Sistem Khumasi yang tertera dalam kitab Nazhatul Majalis, kitab klasik berbahasa Arab setebal 246 halaman, karya Syaikh Abdurrohman as-Sufuri as-Syafii.
“Insyaallah diterapkan sejak tahun 1911 oleh kakek saya selaku pendiri pesantren, yakni KH KH Sholeh. Beliau berguru kepada KH Hamid Misbat dari Banyuanyar, Madura,” tutur pria kelahiran 1964 ini.
Sistem Khumasi menetapkan awal puasa dan hari raya adalah lima hari mundur dari tahun sebelumnya. Karena ditetapkan berdasarkan perhitungan, penetapan awal puasa dan hari raya di lingkungan pesantren ini bisa dilakukan sejak jauh-jauh hari.
“Biasanya, saya berijtihad setiap delapan tahun sekali. Tidak selalu berbeda dengan kebanyakan masyarakat. Biasanya dalam lima tahun sekali, ada satu hingga tiga kali lebaran yang sama,” jelasnya.
Baca Juga: Jemaah An-Nadzir Gelar Salat Idul Fitri Lebih Awal
Sistem yang ditetapkan Ponpes Mahfilud Duror ini diikuti sebagian warga Desa Suger dan desa sekitar yang termasuk wilayah Kabupaten Bondowoso. Meski kerap berbeda dengan ketentuan pemerintah, masyarakat pun sudah terbiasa dan tidak menganggapnya sebagai hal yang aneh.
“Kita tidak sengaja membuatnya berbeda. Tetapi masyarakat malah senang, mereka malah minta untuk selalu berbeda, agar kesempatan reseki lebih besar. Ya saya katakan tidak bisa,” ujar KH Ali Wafa menirukan ucapan masyarakat dengan setengah bercanda.
Pantauan Jatimnet.com, usai pelaksanaan salat Id, masyarakat desa melanjutkan dengan kegiatan bersilaturahmi. Mereka terutama mengawalinya dengan sowan –berkunjung- ke kediaman KH Ali Wafa.
“Kalau santri sebagian sudah pulang sejak beberapa hari yang lalu,” katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Resmi Dibuka, Pusat Belanja Baru Ini Hadirkan Promo Menarik untuk Pengunjung
- Kenapa Motor Yamaha RX-King Banyak Dicari? Motor yang Dinaiki Gary Iskak saat Kecelakaan
- 7 Rekomendasi Motor Paling Tangguh Terjang Banjir, Andalan saat Musim Hujan
- 5 Shio Paling Beruntung di 1 Desember 2025, Awal Bulan Hoki Maksimal
- 5 Moisturizer dengan Kolagen agar Kulit Tetap Elastis dan Muda
Pilihan
-
Rosan Tunjuk Purbaya Usai Sebut Kerjaan Kementerian Investasi Berantakan
-
6 Mobil Turbo Bekas untuk Performa Buas di Bawah Rp 250 Juta, Cocok untuk Pecinta Kecepatan
-
OPEC Tahan Produksi, Harga Minyak Dunia Tetap Kokoh di Pasar Asia
-
Menteri UMKM Sebut Produk Tak Bermerek Lebih Berbahaya dari Thrifting: Tak Terlihat tapi Mendominasi
-
Telkom Siapkan Anak Usaha Terbarunya infraNexia, Targetkan Selesai pada 2026
Terkini
-
Indeks Bisnis UMKM Naik, BRI Semakin Optimistis Dalam Ekspektasi Q4-2025
-
BRI Torehkan Predikat Sangat Tepercaya Dalam Ajang Penghargaan CGPI
-
Kasus HIV Remaja Tulungagung Meningkat, Skrining Dimasifkan!
-
4 Doa Perlindungan Agar Terhindar dari Musibah, Penting Diamalkan Setiap Hari!
-
Detik-detik Pria di Malang Bunuh dan Bakar Istri Siri Terungkap, Marah Ditolak Hubungan Intim!