Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Selasa, 24 Agustus 2021 | 08:22 WIB
Jubir Alumni 212, Habib Novel Bamukmin (Suara.com/Chyntia)

SuaraJatim.id - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Persaudaraan Alumni PA 212 Novel Bamukmin menggoreng pengajian KH Ahmad Bahauddin atau Gus Baha. Novel yang mengaku siap nyapres itu minta PDIP dibubarkan.

Muasalnya adalah penggalan video pengajian Gus Baha. Dalam video itu, Gus Baha mengatakan Indonesia semata-mata bukan milik PDIP atau Soekarnoisme saja, tetapi untuk semuanya karena ulama Islam juga terlibat dalam Kemerdekaan Indonesia.

Dalam video yang viral di media sosial itu, Gus Baha menyampaikan penjelasan tentang orang-orang yang pro terhadap Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

"Orang yang pro Megawati itu begitu mendewa-dewakan Soekarno seakan-akan Indonesia itu dimulai dari Bung Karno, sampai ada hal Soekarnoisme," kata Gus Baha dalam video yang beredar tersebut.

Baca Juga: Jin Menurut Pandangan Islam, Termasuk Kisah Gus Baha Mengimami Bangsa Jin

Akan tetapi, kata Gus Baha, umat Islam atau partai-partai Islam tidak kecil hati karena embrio yang bernama Indonesia sudah ada sejak 1908, sebelum adanya partai nasionalis yang berani melawan kolonialisme Belanda.

Bahkan, kata Gus Baha, pertama kali yang mencetus ide melawan Belanda adalah Kiai Islam, yaitu dengan membuat Serikat dagang Islam yang berubah menjadi serikat Islam dan menjadi Partai Islam.

"Ya kita tidak mungkin tidak hormati Soekarno, beliau sebagai pahlawan besar kita hormati, tapi kebesaran Pak Karno demi bangsa Indonesia jangan kemudian direduksi, disederhanakan hanya melewati partai. Itu kan namanya pengkerdilan. Tentu Pak Karno bikin negara ini ya untuk semua bangsa, bukan untuk PDIP saja, bukan untuk partai-partai marhaenisme saja, juga bukan partai-partai yang berpaham Soekarnoisme saja," kata Gus Baha.

Pengajian Gus Baha inilah yang kemudian digoreng oleh Novel Bamukmin.

"Benar sekali apa yang diucapkan Gus Baha, justru karena itu PDIP harus dibubarkan karena sudah sangat berbahaya untuk keutuhan bangsa serta mengancam ideologis bangsa," katanya, Minggu (22/8/2021).

Baca Juga: Setuju Kritikan Gus Baha Tentang Soekarnoisme, PA 212 Minta PDIP Dibubarkan

Hal lain yang menjadi perhatian Novel yakni peringatan hari lahir pancasila tanggal 1 Juni, seharusnya tidak menjadi peringatan nasional karena ada keinginan dijadikan sebagai Soekarnoisme.

"Dan tanggal 1 Juni dijadikan sebagai hari lahir Pancasila sebagai pembodohan dan pendangkalan. Akidah serta mengarah kepada nasakom karena sejatinya Pancasila adalah rumusan ulama dan warisan ulama dan Pancasila 18 Agustus 1945 lah yang sah dengan dijiwai Pancasila 22 Juni 1945," jelas Novel.

Novel pun memberikan alasan PDIP harus dibubarkan. Yaitu karena PDIP dianggap sebagai inisiator RUU Haluan Ideologi Pancasila (HI) yang ingin mengganti Pancasila dengan Eka Sila dan juga dianggap ingin menghapus Tap MPRS 25/1966 tentang larangan komunisme, Marxisme dan Leninisme.

"Makanya PDIP harus dibubarkan bukan malah mengusung Puan dan Ganjar karena diduga terlibat kasus korupsi e-ktp dan juga bansos dan malah Puan memajang baliho di saat rakyat pedih atas wabah corona yang telah membuat susah karena pemerintah gagal mengatasi corona sampai yang meninggal adalah paling terbesar di dunia," terang Novel.

"Malah pemerintah bukan sibuk urus corona justru bansos corona dikorupsi justru pemerintah malah sibuk kriminalisasi ulama dengan dalil corona padahal pelanggaran prokes dilakukan Jokowi dan anaknya dan Jokowi juga gak minta maaf atas kurang lebih 120 ribu yang wafat," kata Novel.

Load More