Menilik Proses Sebelum Penjamasan Pusaka Keraton Sumenep

Di Sumenep, tradisi jamasan masih dilestarikan terhadap pusaka peninggalan Raja Sumenep.

Chandra Iswinarno
Senin, 02 September 2019 | 22:52 WIB
Menilik Proses Sebelum Penjamasan Pusaka Keraton Sumenep
Pengambilan air dari Taman Sare yang berada di lingkungan Keraton Sumenep. [Suara.com/M Madani]

SuaraJatim.id - Bagi Masyarakat Jawa, Bulan Sura atau Muharram pada umummya lekat dengan ritual tradisi penjamasan pusaka atau membersihkan pusaka. Pun seperti yang dilakukan di Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur.

Tradisi penjamasan pusaka terkait erat dalam rangka melestarikan dan menghargai warisan serta peninggalan para sesepuh dan para leluhur. Di Sumenep, tradisi jamasan masih dilestarikan terhadap pusaka peninggalan Raja Sumenep.

Puncak jamasan ini rencananya akan dilaksanakan pada Minggu (08/09/2019) nanti di Pujuk (asta/makam) Agung, Desa Aeng Tongtong, Kecamatan Saronggi.

Seperti daerah lainnya di Jawa, proses penyucian pusaka menggunakan air yang diambil dari tujuh sumber mata air pegunungan. Salah satunya, air yang diambil dari Taman Sare yang berada di lingkungan Keraton Sumenep. Konon Taman Sare ini adalah tempat pemandian putri Raja Sumenep.

Baca Juga:Berharap Berkah, Warga Berebut Air Bekas Jamasan Pusaka Pura Mangkunegaran

"Proses jamasan dimulai dari pengambilan air, Air pertama kali yang diambil dari ialah air taman sare," Kata Seorang penjamas pusaka, Empu Sanamo saat ditemui di area Pendopo Keraton Sumenep, Senin, (02/09/2019) sore.

Selain dari Taman Sare, enam sumber lainnya diambil dari sumber mata air yang berada di Desa Lembung, Kecamatan Lenteng, Desa Langsar, Desa Talang, Desa Aeng Tongtong dan Desa Tanah Merah Kecamatan Saronggi serta Desa Sera Kecamatan Bluto.

Empu Sanamo, menjelaskan, Tujuh sumber itu memiliki filosofi, yaitu bumi dan langit diciptakan oleh Tuhan sebanyak tujuh lapis, dan jumlah hari selama satu minggu berjumlah tujuh hari. Saat pengambilan air, diawali dengan pembacaan tahlil dan pembacaan ayat-ayat suci Alquran.

"Ini warisan leluhur, tahapan lain sebagian sudah dilakukan, seperti mengaji atau berdoa di Pujuk sudah dilakukan oleh sesepuh," ungkapnya.

Kontributor : Muhammad Madani

Baca Juga:Amankan Jamasan Pusaka, Keraton Jogja Pakai Drone Jammer

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini