Warga dan PNS Blitar Salat Minta Hujan, Bupati Minta Jaga Sumber Air

Kekeringan meluas di Blitar.

Pebriansyah Ariefana
Senin, 07 Oktober 2019 | 11:56 WIB
Warga dan PNS Blitar Salat Minta Hujan, Bupati Minta Jaga Sumber Air
Warga Blitar salat minta hujan. (Suara.com/Agus H)

SuaraJatim.id - Warga, organisasi keagamaan dan PNS di Kabupaten Blitar salat istisqo atau salat meminta hujan di lapangan Panggungrejo, Kecamatan Panggungrejo, Senin (7/10/2019). Salat itu dilakukan karena Kabupaten Blitar alami kekeringan.

Salat yang diikuti oleh warga, anggota ormas keagamaan, serta ASN di lingkungan Pemerintah Kabupaten Blitar tersebut dilaksanakan di salah satu daerah yang paling terdampak oleh kemarau panjang tahun ini, yaitu Desa Panggungrejo, Kecamatan Panggungrejo.

"Seyogyanya kemarau panjang ini bisa menjadi pengingat bagi kita semua akan apa yang sudah kita perbuat selama ini," ujar khatib salat istisqo tersebut.

Kemarau panjang telah berdampak pada ribuan warga di puluhan desa di sejumlah Kecamatan di Blitar utamanya wilayah Blitar selatan. Dampak dari kekeringan sudah merambah hingga pada kelangkaan ketersediaan air bersih bagi warga.

Baca Juga:Tujuh Desa di Kabupaten Pemalang Gelar Salat Minta Hujan

Dampak serupa dialami warga yang tinggal di wilayah selatan Jawa Timur di sekitar Blitar seperti Tulungagung, Trenggalek dan Pacitan.

Dampak kemarau panjang itu membuat warga harus membeli seharga Rp 60 ribu hingga Rp 100 ribu per meter kubik. Padahal, kurang dari satu minggu air sebanyak itu akan habis digunakan untuk kebutuhan air di kamar mandi dan WC untuk ukuran sebuah keluarga kecil.

Sri Winarsih, warga Desa Kalitengah, Kecamatan Panggungrejo, mengatakan dirinya harus membeli air bersih untuk mandi seharga Rp 60 ribu per meter kubik. Untuk warga yang tinggal di posisi yang lebih sulit dijangkau kendaraan, lanjutnya, harus membeli air bersih lebih mahal lagi hingga Rp 100 ribu per meter kubik.

"Satu meter kubik air itu harus kita irit pemakaian nya agar bisa dipakai buat satu minggu. Tapi lebih sering gak cukup buat seminggu," ujarnya.

Sri mengatakan kebutuhan air bersih tersebut belum termasuk air buat memasak yang harus dia beli lagi dari air galon isi ulang.

Baca Juga:Teror Asap dan Kemarau, PNS Bangka Belitung Bareng TNI Salat Minta Hujan

Menurutnya, krisis air bersih dialami warga di desanya sudah sejak awal Juli lalu ketika sumur-sumur dan sumber air bersih mulai mengering.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini