Aksi Borong Masyarakat Picu Kelangkaan Minyak Goreng di Tulungagung

Kelangkaan minyak goreng di pasaran Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur beberapa hari ini dipicu panic buying atau aksi borong yang dilakukan masyarakat.

Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Jum'at, 11 Februari 2022 | 11:24 WIB
Aksi Borong Masyarakat Picu Kelangkaan Minyak Goreng di Tulungagung
Ilustrasi kelangkaan minyak goreng di Tulungagung. [ANTARA FOTO/Budi Candra Setya]

SuaraJatim.id - Kelangkaan minyak goreng di pasaran Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur beberapa hari ini dipicu panic buying atau aksi borong yang dilakukan masyarakat.

"Panic buying di masyarakat kita terlalu tinggi. Hal ini yang menyebabkan minyak goreng di pasaran (seperti) menghilang," kata Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Tulungagung Tri Hariadi seperti diberitakan Antara.

Ia menduga aksi panic buying dan memborong minyak goreng melebihi kebutuhan itu didasarkan pada kekhawatiran harga minyak goreng akan terus naik.

Begitu ada kebijakan satu harga minyak goreng, lanjut dia, yang terjadi warga justru berbondong-bondong membeli sebanyak mungkin.

Baca Juga:Monitoring Harga Minyak Goreng, Kepala Disdag Balikpapan Arzaedi Rachman Sebut Masih Ada yang Belum Turunkan Harga

Kendati pengetatan pembatasan pembelian telah dilakukan, ternyata masyarakat melakukan aksi borong minyak goreng menggunakan jasa orang lain dengan KTP berbeda KK.

"Panic buying ini tidak bagus. Akan sangat mempengaruhi distribusi minyak (di pasaran), dari hulu ke hilir," katanya.

Menurut dia, dengan rentang subsidi selama enam bulan ini masyarakat seharusnya tak perlu panik sebab pasokan minyak goreng untuk wilayah Tulungagung tetap ada dan normal.

Tri berharap masyarakat membeli minyak goreng sesuai dengan kebutuhan. "Berapapun yang ada kalau masyarakat panic buying ya tidak mencukupi," ucap Tri.

Kondisi berbeda di pasar tradisional. Stok minyak goreng masih ada, namun dengan harga lama.

Baca Juga:Klaster Sekolah, Dua Murid SD di Tulungagung Positif Terpapar Covid-19

Tri berdalih pedagang pasar tradisional menghabiskan stok lama yang dibeli sebelum dikeluarkan kebijakan satu harga.

"Makanya stok di pasar berkurangnya lambat, tapi di sisi lain (swalayan) habis," katanya.

Pedagang di pasar rata-rata bermodal kecil. Jika menjual di bawah pembelian, kerugian yang diderita cukup banyak, sehingga diberi kesempatan untuk menghabiskan stok lama.

Ia juga menyampaikan pasokan minyak goreng ke Tulungagung dalam sehari mencapai 30 ribu liter. Volume ini dihitung berdasar kebutuhan penduduk.

Namun, di pasaran, termasuk di toko-toko modern, stok minyak goreng selalu kosong. Sediaan minyak goreng kemasan dengan harga normal hanya ada beberapa botol dalam sekali pengiriman yang akan habis dalam hitungan menit, bahkan detik. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini