Nestapa Wabah PMK, Emak-emak di Mojokerto Rela Tidur di Kandang Sapi Rawat Ternak

Hingga kini tercatat ada sebanyak 616 ekor sapi di Mojokerto terinfeksi virus tersebut.

Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Rabu, 11 Mei 2022 | 11:22 WIB
Nestapa Wabah PMK, Emak-emak di Mojokerto Rela Tidur di Kandang Sapi Rawat Ternak
Sudari (42) warga Dawarblandong, Mojokerto merawat hewan ternak sapi miliknya yang terserang PMK. [SuaraJatim/Zen Arifin]

SuaraJatim.id - Penyakit Kuku dan Mulu (PMK) mewabah di Mojokerto. Hingga kini tercatat ada sebanyak 616 ekor sapi terinfeksi virus menular itu, bahkan dan 6 ekor sapi diantaranya mati.

Kondisi ini membuat para peternak sapi di daerah berjuluk Bumi Majapahit ini waswas. Mayoritas, para peternak ini memiliki kekhawatiran sama, yakni ternak sapi milik mereka mati terserang PMK. Apalagi harga sapi saat ini mencapai belasan hingga puluhah juta rupiah.

Lantaran terlalu panik, tak jarang mereka memberikan perawatan lebih kepada sapi-sapi yang diternaknya. Apalagi jika sapi sudah terserang PMK. Seperti yang dilakukan Sundari, warga Dusun/Desa Suru, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto.

Emak-emak berusia 42 tahun ini rela tidur di kandang sapi guna merawat ternaknya. Ia khawatir dengan kondisi sapi yang diternaknya, sebab sudah beberapa hari belakangan ini, sapi tersebut tak nafsu makan lantaran terjangkit virus PMK.

Baca Juga:Data Dinas Pertanian dan Peternakan Mojokerto Sebut 616 Ekor Sapi Terinfeksi PMK, 6 Ekor Mati

"Sudah 6 hari ini tidur di kandang, tidak kerja, tidak kemana-mana, karena merawat sapi. Kalau makan baru pulang," ucap Sundari saat ditemui di kandang sapi miliknya.

Dari pengamatan sepintas, kondisi kesehatan ternak sapi milik Sundari memang tak begitu sehat. Dari mulut dan hidungnya keluar lendir bening. Sementara terdapat bintik-bintik merah seperti sariawan yang terjadi pada manusia pada bagian mulut.

Sementara pada bagian kaki nampak terluka dan bernanah, tepatnya berada di sela-sela kuku kaki sapi. Persis dengan ciri-ciri sapi yang terjangkit virus dengan nama lain Foot and Mouth Disease ini.

"(Sapi) enggak mau makan, mungkin karena mulutnya sakit itu dan terus keluar lendir dari hidung dan mulutnya," ungkap Sundari menyampaikan keluhan kepada dokter hewan dari Dinas Pertanian (Disperta) Mojokerto yang melakukan pemeriksaan.

Tak hanya rela tidur di kandang sapi, Sundari pun sudah merogoh kantongnya untuk biaya pengobatan sapi miliknya itu. Selama empat hari, ia sudah menghabiskan uang Rp 500 ribu lebih guna membeli minyak angin, serta obat-obat oles lainnya.

Baca Juga:Hewan Ternak dari Empat Daerah Suspek Wabah PMK di Jatim Ditolak Sementara Masuk PD RPH Surabaya

"Untuk beli minyak angin, terus minyak tawon, minya gondopuro buat membaluri bagian kepala sama kakinya itu agar tetap hangat," tutur istri Sadi ini.

Dengan telaten, tiap saat Sundari membaluri ternak sapinya itu menggunakan minyak tersebut. Itu dilakukan tak lain agar kondisi kesehatan hewan ternaknya tersebut bisa kembali bugar. Meski selama 6 hari ini belum ada perubahan yang berarti.

"Merawatnya seperti anak kecil, tiap hari dibaluri minyak, kemudian kalau malam sering-sering kompres kepalanya pakai air hangat," kata Sundari menceritakan bagaimana ia memperlakukan hewan sapinya.

Sundari mengaku tak rela jika sapi yang ternaknya sejak usia 1 tahun itu mati lantaran terserang PMK. Ia pun berusaha semaksimal mungkin agar hewan sapinya selamat dari serangan virus PMK, yang sejak awal Mei lalu ditemukan kembali di Mojokerto setelah Kabupaten Mojokerto 36 tahun dinyatakan bebas PMK.

"Ya eman (sayang), karena merawat sudah lama. Harganya kalau dijual juga sudah mahal sekarang. Semoga diparingi (dikasih) sehat lagi ya jadi bisa dijual jelang Idul Adha nanti," tukas Sundari menutup pembicaraan.

Kontributor : Zen Arivin

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini