SuaraJatim.id - Sejak kemarin sebuah pamflet promosi Holywings dianggap menistakan agama. Pamflet tersebut memicu protes dan kegaduhan di kalangan warganet.
Pengurus GP Ansor Surabaya pun turut meresponnya. Seperti disampaikan Ketua GP Ansor Surabaya, Faridz Afif. Ia menilai apa yang dilakukan oleh manajemen Holywings sudah melecehkan agama tertentu dengan adanya pamflet mereka.
"Itu sudah niat melecehkan agama," ujar Afif pada SuaraJatim.id, Jumat (24/6/2022) malam.
Adanya masalah dugaan penistaan agama tersebut, pria yang akrab disapa Gus Afif ini berharap, agar ijin dari Holywings di berbagai kota, khususnya Kota Surabaya dicabut.
Baca Juga:Direktur Kreatif dan Enam Pegawai Holywings Terancam 10 Tahun Penjara, Ini Perannya
"Cabut izinnya holywings seluruh Indonesia. (Saat ini) kami memohon kepada Wali Kota Surabaya untuk manecabut izin holywings," ujarnya.
GP Ansor Surabaya berencana akan berkirim surat resmi ke Pemerintah Kota Surabaya, agar mencabut ijin Holywings.
"PC Ansor Kota Surabaya akan berkirim surat ke Wali Kota Surabaya agar menutup Holywings di Surabaya," terangnya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya A.H Thony menyayangkan kejadian tersebut. Terlebih lagi, Holywings adalah organisasi bisnis.
"Informasi itu kalau benar saya atau kami sebagai institusi dewan sangat menyayangkan. Bahwa holywing memang adalah organisasi bisnis, badan usaha swasta yang mengembangkan usahanya, dan mereka dalam situasi sekarang dituntut untuk berkreatifitas membuka peluang," ujarnya.
Baca Juga:Soal Miras Gratis Muhammad dan Maria oleh Holywings, BPIP: Tak Boleh Lukai Nilai-nilai Luhur Agama
"Tapi kalau kemudian unsurnya sudah berorientasi pada agama atau simbol agama tertentu, saya pikir menjadi kurang baik. Karena apa, tidk semua aliran agama itu bisa melihat bahwa Holywings itu sebagai tempat yang pas untuk mereka," ucap Thony.
Selain itu, Thony menjelaskan jika Holywings sendiri di dalamnya menyediakan tempat hiburan malam, dan juga jauh dari kata agama. Ketika dilihat dari aspek jualannya, Ia melanjutkan, itu adalah tempat hiburan.
"Di sana mungkin ada dalam tanda kutip miras, itu kan akhirnya seolah-olah Holywings menghalalkan hal itu untuk bisa dikonsumsi oleh warga dari pemeluk agama tertentu," katanya.
"Ini sensitif, dan harapan kami kebijakan itu untuk bisa dievaluasi dan kedepannya kalau mau membuat sebuah terobosan itu jangan sekedar dilihat potensi secara ekonomi saja, tapi juga potensi sosialnya pun perlu diukur," katanya menegaskan.
Thony mengingatkan manajemen Holywings, membuat acara dengan melihat manfaat untuk warga, ataupun kultur masyarakat setempat.
Kontributor : Dimas Angga Perkasa