- Agresif: Nyaman berinvestasi di Reksadana Saham atau memilih saham-saham dengan potensi pertumbuhan tinggi.
Mengetahui profil risiko akan menghindarkan Anda dari keputusan panik saat pasar bergejolak, karena Anda sudah memilih "kendaraan" yang sesuai dengan mental Anda.
2. Senjata Rahasia Pemula: Dollar Cost Averaging (DCA)
Inilah strategi paling ampuh dan paling direkomendasikan untuk pemula. Lupakan pusingnya mencari timing kapan harus membeli.
Baca Juga:Kado Istimewa, BRI Bagikan Dividen Interim Sebesar Rp20,46 Triliun untuk Pemegang Saham
Dollar Cost Averaging (DCA) artinya Anda berinvestasi secara rutin dengan jumlah uang yang sama, tanpa peduli harga sedang naik atau turun.
Misalnya, berkomitmen investasi Rp500.000 setiap tanggal 5 ke reksadana saham pilihan.
Keajaibannya?
Saat harga sedang turun, uang Anda akan mendapatkan unit reksadana/lembar saham yang lebih banyak.
Saat harga sedang naik, uang Anda akan mendapatkan unit/lembar yang lebih sedikit.
Baca Juga:5 Hal Penting yang Wajib Diketahui Sebelum Memulai Investasi Saham
Secara otomatis, harga beli rata-rata Anda menjadi lebih rendah dalam jangka panjang. DCA mengubah volatilitas pasar dari musuh menjadi teman.
3. Mantra Sakti: "Jangan Taruh Semua Telur dalam Satu Keranjang"
Anda pasti sering mendengar ini, dan ini 100% benar. Diversifikasi adalah kunci manajemen risiko. Jangan habiskan seluruh dana Anda hanya di satu saham atau satu jenis reksadana.
Cara diversifikasi untuk pemula:
- Antar Jenis Aset: Alokasikan dana Anda ke beberapa instrumen. Contoh: 60% di Reksadana Saham (risiko tinggi), 30% di Reksadana Pendapatan Tetap (risiko sedang), dan 10% di Reksadana Pasar Uang (risiko rendah).
- Dalam Satu Jenis Aset: Jika Anda berinvestasi saham, jangan hanya membeli saham dari sektor perbankan. Sebarkan ke sektor lain seperti barang konsumsi, teknologi, atau kesehatan.