SuaraJatim.id - Ekonomi Jawa Timur secara quarter-to-quarter (q-to-q) tumbuh impresif dan mencatatkan pertumbuhan ekonomi tertinggi se-Jawa yang mencapai 3,09 persen dan diikuti Jawa Barat 2,33, Jawa Tengah 1,87 dan DKI Jakarta 1,60.
"Alhamdulillah di kuartal kedua ini pertumbuhan ekonomi Jatim tertinggi se-Jawa, dan melampaui pertumbuhan ekonomi nasional, kita perlu syukuri capaian ini," ujar Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Rabu (6/8/2025).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang dirilis 5 Agustus 2025, ekonomi Jawa Timur tumbuh sebesar 5,23 persen year-on-year (y-o-y) di triwulan II tahun 2025 dan 5,12 persen cumulative to cumulative (c-to-c). Capaian ini lebih tinggi dibanding ekonomi nasional mencapai 5,12 persen (y-o-y) dan 4,99 persen (c-to-c).

"Pada triwulan dua tahun 2025 ini, sesuai rilis BPS, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur kembali menunjukkan tren positif, tumbuh impresif sebesar 5,12 persen (c-to-c) dan 5,23 year-on-year (y-o-y)," ujarnya.
Baca Juga:Gubernur Khofifah di Hadapan Rektor Perguruan Tinggi PGRI Se-Indonesia: Komitmen Wujudkan SDM Unggul
Menurut Khofifah capaian pertumbuhan ekonomi Jatim ini menjadi bukti bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur konsisten dan serius dalam melakukan akselerasi kegiatan ekonomi di masyarakat.
Secara lebih rinci, struktur utama ekonomi Jawa Timur ditopang oleh 3 sektor utama, yaitu industri sebesar 31,25 persen, perdagangan sebesar 18,44 persen, dan pertanian sebesar 10,87 persen. Jawa Timur merupakan penyumbang terbesar kedua bagi perekonomian Pulau Jawa sebesar 25,36% dan juga penyumbang terbesar kedua bagi perekonomian nasional sebesar 14,44%.
"Industri, perdagangan dan pertanian menjadi penopang perekonomian Jawa Timur," ucapnya.
Pada triwulan II 2025, secara q-to-q Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi adalah sektor pertanian yang mencapai 16,53 persen. Orang nomor satu di Jatim ini mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Jawa Timur ditopang oleh sektor pertanian yang didorong oleh masa panen tebu serta puncak masa tangkap ikan laut.
"Capaian pertumbuhan sektor pertanian ini memperkuat posisi strategis Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional sekaligus menumbuhkan optimisme kontribusi Jawa Timur dalam mewujudkan kedaulatan pangan nasional," jelasnya.
Baca Juga:Menteri PPPA Apresiasi Gubernur Khofifah yang Komitmen Beri Perlindungan pada Perempuan dan Anak
Khofifah menuturkan konsistensi dan keseriusan Pemprov Jatim mengakselerasi kegiatan ekonomi masyarakat di sektor pertanian ditunjukkan dengan memberikan bantuan alsintan bagi para petani di Jawa Timur dan bersama PT SGN meluncurkan Kredit Usaha Rakyat Khusus (KURsus) Kluster Petani Tebu dimana Jawa Timur menjadi pilot projectnya.
"KUR khusus kluster petani tebu ini merupakan jawaban dari kebutuhan modal usaha tebu rakyat yang sebelumnya telah terkena limit kredit KUR konvensional, dan menjadi wujud nyata upaya Pemprov Jatim bersama PT SGN untuk memperjuangkan kesejahteraan petani tebu," jelasnya.
Selain sektor pertanian, faktor lain yang mendorong pertumbuhan ekonomi Jatim pada triwulan II tahun 2025 ini antara lain momen pelaksanaan ibadah haji, libur Hari Raya Keagamaan serta libur sekolah; meningkatnya ekspor berbagai komoditas serta meningkatnya jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Jawa Timur.
Sedangkan PDRB menurut pengeluaran dengan pertumbuhan tertinggi adalah konsumsi pemerintah sebesar 16,42 persen. Meningkatnya konsumsi pemerintah yang didorong oleh pencairan gaji ke-13 dan tunjangan hari raya yang dicairkan pada bulan April oleh Kementerian/Lembaga/Daerah.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Tingkat inflasi Jawa Timur semester 1 (Juni) tahun 2025 mencapai 0,43 persen month to month (m to m), 1,32 persen year to date (y to d), 2,02 persen (y on y). Sedangkan tingkat inflasi nasional pada semester ini mencapai 0,19 persen (m to m), 1,38 persen (y to d), dan 1,87 persen (y on y).
"Sejauh ini tingkat inflasi Jawa Timur masih terkendali, tentu kita juga akan terus memonitor dan mewaspadai berbagai hal yang bisa mempengaruhi pergerakan tingkat inflasi di Jawa Timur," katanya.