-
Kasus HIV remaja Tulungagung meningkat, Dinkes perketat skrining edukasi.
-
Angka positivity rate HIV turun berkat tes dan kesadaran masyarakat.
-
Dinkes fokus edukasi sekolah untuk cegah perilaku berisiko remaja.
SuaraJatim.id - Kasus HIV di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, menunjukkan tren peningkatan pada kelompok usia remaja dalam beberapa tahun terakhir.
Kondisi ini membuat Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung meningkatkan pengawasan, terutama melalui skrining dan edukasi yang lebih masif.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Tulungagung, Desi Lusiana Wardani, mengatakan bahwa peningkatan kasus HIV di kelompok remaja menjadi perhatian serius.
"Ya, kami kini memberi perhatian lebih pada skrining dan edukasi bagi kelompok usia remaja, karena ada tren peningkatan kasus dalam beberapa tahun terakhir," ujarnya, Selasa (2/12/2025).
Desi memaparkan bahwa secara kumulatif, temuan HIV pada remaja telah mencapai 524 kasus. Meski proporsinya masih sekitar 15–20 persen dari angka tahunan, tren peningkatannya terlihat signifikan. Perubahan perilaku seksual remaja disebut menjadi faktor yang harus diwaspadai.
Untuk menekan kasus HIV, edukasi berbasis sekolah kini diperluas. Dinas Kesehatan menyasar sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan agar remaja memahami risiko penularan dan metode pencegahannya sejak dini.
"Ketika mereka tahu cara mencegah, harapannya perilaku berisiko tidak dilakukan hingga dewasa," katanya.
Dari catatan tahunan, temuan kasus baru HIV di Tulungagung melonjak pada 2018 dengan 390 kasus. Angka itu sempat menurun pada 2020–2022 akibat pembatasan mobilitas pandemi, namun kembali meningkat pada 2024 dengan 395 kasus.
Meski kasus baru bertambah, positivity rate HIV di Tulungagung justru mengalami penurunan signifikan. Pada 2018 positivity rate mencapai 3,10 persen, sementara per September 2025 turun menjadi hanya 1,01 persen.
"Jumlah tes HIV terus kami tingkatkan. Artinya kesadaran masyarakat untuk tes makin tinggi, dan skrining makin luas untuk mengungkap fenomena gunung es. Ini penting agar penularan dapat dihentikan," ujar Desi.
Penurunan positivity rate dinilai menjadi indikator keberhasilan perluasan skrining. Selain itu, masyarakat disebut semakin sadar untuk melakukan pemeriksaan secara mandiri maupun melalui layanan kesehatan.
Dinkes berharap peningkatan tes dan edukasi akan terus menekan laju penyebaran HIV, khususnya pada kelompok remaja yang kini masuk kelompok risiko meningkat. (Antara)