Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Rabu, 03 Juli 2019 | 11:40 WIB
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. (Suara.com/Umay Saleh)

SuaraJatim.id - Kemarau yang terjadi tahun 2019 diprediksi bakal menyebabkan 556 desa di Jawa Timur mengalami kekeringan kritis. Dari total tersebut, setidaknya 199 desa tidak memiliki sumber air.

Kekeringan kritis tersebut berpatokan pada kondisi desa yang ketersediaan airnya untuk setiap orang per hari kurang dari 10 liter.

Mengantisipasi hal tersebut, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa telah mengidentifikasi musim kemarau yang datang lebih panjang di tahun ini.

"Saya minta Pak Sekdaprov (Heru Tjahjono) secara khusus untuk memimpin rapat persiapan kemarau panjang. Mengidentifikasi peringatan dari BMKG," ujar Khofifah seperti dilansir Jatimnet.com - jaringan Suara.com pada Rabu (3/7/2019).

Baca Juga: Kekeringan, Warga Kampung Ini Rela Berjalan Kaki Satu Jam Demi Air

Selain itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim, sebut Khofifah, akan menggandeng TNI/Polri untuk menghadapi musim kemarau tahun ini.

"Kami akan rapat lebih luas dengan ajak TNI/Polri untuk bantu pada saat mensuplai air bersih yang dibutuhkan," ujarnya.

Selain menggandeng TNI/Polri, Pemprov Jatim meminta perusahaan turut serta andil membantu suplai air bersih. Setiap perusahaan diharapkan dapat membantu distribusi air bersih di sekitar wilayah masing-masing.

"Misalkan di Pasuruan untuk bisa membantu dan mendistribusi air bersih di sekitar Pasuruan, di Sidoarjo begitu, dan di Situbondo juga begitu," katanya.

Untuk diketahui, beberapa waktu lalu BMKG memang telah mengeluarkan peringatan 60 hari tanpa hujan untuk Jawa Timur. Kondisi tersebut harus dilalui Jatim antara Juli hingga September.

Baca Juga: Dijenguk Gubernur Khofifah, Risma Curhat Program hingga Ancaman Kekeringan

Load More