Scroll untuk membaca artikel
Reza Gunadha
Senin, 30 September 2019 | 13:31 WIB
Warga Sampang yang telah tiba dari Wamena Papua di Asrama Transito Disnakertrans Jatim. [Suara.com/Ary Saputra]

SuaraJatim.id - Sejumlah perantau di Wamena yang kekinian mengungsi ke luar Papua pascakerusuhan, mengakui keheranan atas tragedi tersebut.

Sebab, hubungan para migran dengan orang asli Papua sebelumnya berjalan secara baik, harmonis, dan tentram.

Itu seperti diungkapkan oleh Ahmadi. Ia mengatakan, saat tinggal di Wamena, selalu berhubungan baik dengan para warga.

Bahkan, ketika kerusuhan terjadi dan dia harus kabur menyelamatkan diri, orang-orang Papua di Wamena memberikannya jalan untuk mengindar.

Baca Juga: Kisah Mengerikan Warga Madura di Wamena: Jebol Plafon hingga Lari ke Gunung

"Saya dikasih jalan, ditolong, suruh lewat rumahnya sendiri. Kami lantas lari dari rumah, terus kejebak, untung di sana ada yang baik, ditolong, bersyukur kami," ungkapnya saat ditemui di Asrama Transito Disnakertrans Jawa Timur, Senin (30/9/2019).

Menurutnya, masyarakat di Wamena itu sama halnya seperti penduduk di daerah-daerah lain. Ada yang berperilaku buruk, pun baik.

"Alhamdulillah, sebenarnya tidak semuanya yang ada di sana itu berhati keras, ada juga yang baik, sama saja seperti di daerah-daerah lain," ujarnya.

Hal yang sama juga diucapkan oleh Asyari (46). Selama tiga tahun tinggal di Wamena dan bekerja sebagai tukang ojek, selalu berhubungan baik dengan warga setempat.

"Saya selama tiga tahun tinggal di Wamena hidup rukun bersama warga. Tak pernah ada konflik, kami sudah seperti saudara di sana" akunya.

Baca Juga: Jadi Kapolda Papua, Irjen Paulus Fokus Tangani Korban Kerusuhan di Wamena

Ia mengatakan, kerusuhan berupa pembakaran yang terjadi di Wamena bukan dilakukan oleh warga setempat. Namun, ia juga tak mengetahui secara pasti siapa pelaku kerusuhan tersebut.

"Saya sempat ketemu pak wakapolda, saya tanya bagaimana kok sampai terjadi seperti ini. Katanya 'itu pakde yang bakar bukan orang sini (Wamena)',"kata Asyari menirukan.

Kontributor : Arry Saputra

Load More