Scroll untuk membaca artikel
Agung Sandy Lesmana
Senin, 27 Januari 2020 | 11:17 WIB
Dirut RSUD dr Soetomo Surabaya Joni Wahyuhadi (kiri), dr Darsono (seragam dr putih), dan Humas dr Soetomo, dr Pesta Parulian, saat ditemui di area isolasi pasien. (Suara.com/Dimas Angga P).

SuaraJatim.id - Direktur Utama RSUD dr Soetomo Surabaya, Joni Wahyuhadi menyatakan, sejauh ini, pasien warga negara asal China yang sedang ditangani belum bisa dinyatakan positif suspect alias dicurigai terjangkit virus corona.

Hal itu disampaikan Joni menanggapi beredarnya isu di media sosial terkait pasien terduga terinfeksi virus Corona yang dirawat di RSUD dr Soetomo Surabaya.

"Menanggapi pemberitaan yang beredar, dari Twitter yang masuk. Di sana disebutkan, (RSUD) dr Soetomo merawat pasien suspect Corona virus, setelah kami evaluasi.  Twitter itu menjadi perhatian betul, dari Ibu Gubernur Jawa Timur, supaya kami melakukan persiapan-persiapan klarifikasi. Setelah dievaluasi, mulai dari pagi ini, ternyata memang status pasien ini, belum memenuhi untuk suspect," kata Joni saat ditemui awak media, Senin (27/1/2020).

Menurutnya, bahwa pasien yang berprofesi sebagai guru ini tiba di rumah sakit tanpa adanya bantuan dari siapa pun. Namun dari catatan rumah sakit, kata Joni WNA ini  terdeteksi sempat pulang ke China, dan masuk Indonesia pada awal Januari tahun ini.

Baca Juga: Ini Identitas 2 Orang Diduga Corona di Hasan Sadikin Bandung, 1 WNI

"Beliau ini masuk ke (RSUD) dr Soetomo jalan sendiri, setelah pernah ke Chona, kira-kira tanggal 5 Januari (2020) kembali ke Surabaya, itu beliau enggak ada masalah, tanggal 26 (Januari) dia berobat batuk, pilek sendirian, lah karena ada riwayat ke China kami jadi hati-hati," imbuhnya.

Pihak RSUD Soetomo masih belum memastikan pasien terinfeksi, karena jika dilihat dari gejalanya tidak memenuhi syarat. Meski begitu, pasien saat ini berada di ruang isolasi khusus, untuk dilakukan observasi.

"Gejala-gejalanya belum memenuhi persangkaan atau suspect virus, tetapi untuk kewaspadaan Provinsi, beliau kami masukan ke ruang isolasi khusus, tujuannya adalah untuk observasi dan pemeriksaan-pemeriksaan lanjutan, maka statusnya nanti bisa ke arah suspect, atau tidak," katanya.

Sementara, salah satu tim yang melakukan observasi terhadap pasien tersebut, dr Darsono, menjelaskan pihaknya akan memperlakukan pasien seperti halnya pasien pengidap bronchitis akut. Meski melalui bukti foto, pasien tidak ditemukan gejala pneumonia.

"Jadi dia seorang guru bahasa Mandarin, dan sebenarnya dia datang ke Soetomo dalam rangka berobat, setelah kami evaluasi dan kami sesuaikan dengan kriteria-kriteria yang sudah dicanangkan oleh WHO memang belum bisa dimasukkan dalam kategori suspect, tapi seperti yang dikatakan Pak Dirut tadi bahwa pasien ini tetap kami opname kan, kebetulan ini juga berasal dari China, kami tetap melakukan kewaspadaan dengan melakukan serangkaian pemeriksaan.

Baca Juga: Jokowi Sebut Underpass di Jogja Siap Beroperasi, Netizen Tanya Soal Corona

"Penanganan dengan bronchitis akut, dan itu banyak setiap hari ada, dan itu kami lakukan seperti pasien-pasien dengan diagnosa bronchitis akut, tapi untuk kewaspadaan, kami melakukan serangkaian kewaspadaan untuk kemungkinan suatu infeksi Corona, salah satunya adalah pemeriksaan suap, perihal ada tidaknya Corona virus tersebut, sementara pasien mendapatkan terapi standart seperti biasanya, pasien-pasien dengan bronchitis akut," sambungnya.

Darsono mengatakan, bahwa timnya akan memeriksa ulang kembali pasien asal Tiongkok tersebut. Setelah itu, Darsono mengatakan akan meminta bantuan Universitas Negeri Airlangga (Unair) Surabaya untuk ikut turun memeriksa pasien tersebut di laboratorium.

"Kalau swab (uji untuk mengetahui kondisi) itu paling cepat 3 hari, tapi kita juga punya suatu ide bahwa kami ada tropical disease yang punya kapasitas itu bisa mendeteksi Corona virus tersebut dan insyaallah mungkin lebih cepat dari kalau kami mengirim melalui jalur resmi, tapi kami punya dari ITD, Institut Tropical Diseases di Unair, itu bunyinya kapasitas bisa mendeteksi hal itu, dan itu kami atur, kami tetap melakukan pemeriksaan melalui jalur litbangkes juga lewat ITD. Mana yang lebih cepat nanti bisa jadi patokan kami," kata dia. 

"Masa inkubasinya boleh dikatakan bisa, jadi pasien itu punya riwayat batuk pilek sudah lama, kemudian 5 harian terakhir itu ada ulangan, kalau dimasukkan bisa, tapi ada satu tidak memenuhi, harus ada gambaran pneumonia, tapi tidak ada di pasien tersebut," katanya."

Kontributor : Dimas Angga Perkasa

Load More