Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Jum'at, 01 Mei 2020 | 21:03 WIB
Abdullah Faqih, penjual kurma di sekitar Masjid Ampel, yang merasakan turunnya omset jualannya saat PSBB Surabaya Raya. (Suara.com/Dimas)

SuaraJatim.id - Abdullah Faqih, satu di antara entah berapa orang yang menjadi korban wabah virus corona di Indonesia. Berjualan kurma di 'lumbung' peziarah muslim, tak jadi jaminan dagangannya laku di tengah wabah corona.

Dia bersama para penjual kurma di Masjid Ampel Surabaya mengalami penurunan omset penjualan, terutama untuk penjualan kurma. Hal ini mulai dirasakan para penjual, saat dimulainya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Surabaya Raya.

Lapak kurma Faqih hanya 20 Meter dari teras Masjid Ampel Surabaya, yang juga menjadi kompleks pemakaman Sunan Ampel, salah satu Wali Songo penyebar agama Islam di Pulau Jawa.

Sebelum PSBB Surabaya Raya dimulai, dalam waktu 3 hari ia mampu menjual kurma berjenis Khalas satu kardus.

Baca Juga: Buruh Tak Gelar Aksi May Day saat Wabah Corona, Menaker Berterima Kasih

"Sekarang sepi, mulai sepinya pas ada Lockdown (maksudnya PSBB). Kalau dulu bisa menjual kurma Khalas 1 dos satu hari, sekarang bisa habis selama tiga hari bagus," ujarnya dalam logat Madura yang kental, Jum'at (1/5/2020) malam.

Selain PSBB Surabaya, pengunjung juga mulai sepi dikarenakan Makam dari Sunan Ampel juga tidak dibuka seperti biasanya. Hanya separuh saja yang dibuka untuk peziarah Makam Sunan Ampel.

"Sepinya mulai dari PSBB pertama, tepatnya Makam Sunan Ampel ditutup, enggak dibuka seperti dulu," ungkap Faqih pada SuaraJatim.id.

Saat ini, menurut Faqih masih ada aja pembeli, tapi sedikit, kebanyakan hanya pelanggan setia dari lapak jualan kurmanya.

"Masih ada yang beli tapi jarang," imbuhnya.

Baca Juga: Sehari 7 Warga Sragen Positif Corona, Semua dari Klaster Ijtima Gowa

Meski begitu, Faqih sebagai pekerja di lapak milik H. Nikhimah ini tidak ditarget oleh pemilik lapak. Karena dari pemilik sendiri tau, kalau memang dalam keadaan PSBB.

Load More