Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Senin, 04 Mei 2020 | 15:52 WIB
Aktivitas jual beli telur ayam di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Sabtu (14/7/2018). [Suara.com/Oke Atmaja]

"Makanya itu kami bersurat kepada menteri-menteri, dan Kasatgas Pangan. Kenapa ke Satgas Pangan? Tujuannya yang menjual telur breeding itu ditangkap. Sumbernya ditangkap. Karena itu jelas-jelas melanggar. Karena Permentan sudah mengatakan tidak boleh dijual di pasar," bebernya.

"Kalau bisa bansos itu dari produk UMKM. Jadi jangan pabrikan. Yang untung kan pabrik. Misalnya mie, kan yang untung pabrik. Nah ini UMKM kan banyak sekali. Peternak jumlahnya ribuan. Kalau dari UMKM, akhirnya terangkat. Ndak usah muluk-muluklah, di masa seperti ini yang penting saling bagi dan nggak rugi terlalu banyak," sambung Sukarman.

Dalam sehari setidaknya peternak di Kabupaten Blitar mampu menghasilkan 800 hingga 900 ton telur ayam. Jumlah itu dihasilkan dari populasi ayam petelur mencapai lebih dari 21 juta ekor dengan jumlah peternak sekitar 4.300 orang.

"Dan jumlah itu tersebar di 22 Kecamatan di Kabupaten Blitar. Mereka terbagi dalam tiga paguyuban, ada yang di Koperasi dan ada juga yang ikut Poultry Shop (Ps)," kata Kepala Bidang Budidaya dan Pengembangan Peternakan, Dinas Peternakan dan Kelautan Kabupaten Blitar, Indriawan Wicaksono.

Baca Juga: Berumur 1.700 Tahun, Telur Ayam Ini Mulai Mengeluarkan Bau Busuk

Para peternak, kata dia, melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan harga jual telur ayam salah satunya dengan bersurat ke Pemerintah pusat dan ke sejumlah kepala daerah. Pemkab Blitar disebut ikut membantu mempromosikan produk telur peternak ayam mandiri di Blitar.

"Kalau kami sudah membantu dengan memberi informasi kalau misalnya membutuhkan telur silahkan hubungi peternak di Kabupaten Blitar. Intinya kami hanya memfasilitasi," pungkasnya.

Kontributor : Farian

Load More