Scroll untuk membaca artikel
Bangun Santoso
Minggu, 31 Mei 2020 | 06:18 WIB
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. (Suara.com/Arry Saputra)

SuaraJatim.id - Mobil laboratorium PCR bantuan dari BNPB akhirnya beroperasi di Surabaya pada Sabtu (30/5/2020). Kendati sudah beroperasi di Kota Pahlawan, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa masih membahasnya.

Ia angkat bicara mengenai polemik mobil lab PCR yang sempat membuat Wali Kota Tri Rismaharini marah besar lewat telepon yang terekam dalam sebuah video. Khofifah mengungkap alasan mobil lab PCR dioperasikan ke Lamongan dan Tulungagung terlebih dahulu ketimbang Kota Surabaya.

Khofifah mengatakan, mobil laboraturium PCR dioperasikan di luar Surabaya pada 29 Mei 2020 tersebut lantaran banyaknya kasus PDP yang meninggal sebelum dilakukan tes swab. Di mana menurut data, di Tulungagung tercatat ada sebanyak 593 orang. Jumlah tersebut terbanyak kedua setelah Surabaya.

"Angka kematian PDP di daerah tersebut sebanyak 175 orang. Itu sudah meninggal tapi belum sempat dites, keburu meninggal," ujar Khofifah saat konferensi pers di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Sabtu (30/5/2020) malam.

Baca Juga: Usai Wali Kota Risma Marah, Mobil PCR Akhirnya Beroperasi di Surabaya

Sementara untuk Sidoarjo, hanya memiliki kapasitas tes swab atau PCR sebanyak 16 spesimen per harinya. Sedangkan jumlah pasien positif di wilayah tersebut terbanyak kedua setelah Surabaya dengan total kumulatif 632 orang.

"Pasti sangat jauh dari apa yang diharapkan untuk memberikan percepatan penanganan Covid-19," katanya.

Informasi yang dihimpun di Lamongan, diketahui hanya memiliki alat tes berupa Te Cepat Molekuler (TCM) yang perharinya hanya bisa melakukan tes sebanyak 12 spesimen saja.

Khofifah menyebutkan, di Surabaya memiliki tujuh laboratorium besar untuk melakukan tes swab. Meski di Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga sedang gangguan tak bisa melakukan tes, enam laboratorium sisanya yakni di RSU dr Soetomo, RS Premier Surabaya, RS National Hospital, Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya, dan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya masih bisa melakukan tes swab.

Menurutnya jika keenam laboratorium yang masih bisa beroperasi bisa dimaksimalkan, maka sebetulnya bisa membantu penanganan Covid-19 di Surabaya.

Baca Juga: Kronologi Kasus Mobil PCR yang Buat Wali Kota Risma Ngamuk

"Jadi kalau ini dimaksimalkan sesungguhnya ini akan bisa memberikan percepatan konfirmasi dari spesimen yang di PCR tes," kata Khofifah.

Sebelumnya, Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jatim, dr Joni Wahyuhadi mengaku tidak ada pesanan dari Pemkot Surabaya agar kedua mobil laboraturium PCR dipergunakan. Staf Dinas Kesehatan Surabaya yang ditugaskan berkordinasi dengan tim gugus tugas Covid-19 Jatim tidak menyampaikan jadwal di hari Jumat 29 Mei 2020.

Akhirnya, dengan pertimbangan dan koordinasi yang sudah dilakukan, mobil itu diberangkatkan menuju Lamongan dan Tulungagung melihat kondisi pasien PDP di dua daerah itu cukup banyak. Namun, saat pagi hari ketika mobil sudah diberangkatkan, staf Dinas Kesehatan Surabaya meminta mobil berada di Surabaya untuk dioperasikan.

Hal inilah yang diduga sempat menimbulkan permasalahan antara Gugus Tugas Jatim dengan Wali Kota Risma yang sempat emosi karena mobil PCR tersebut merasa diambil atau diserobot ketika ia merasa meminjamnya terlebih dulu.

Kontributor : Arry Saputra

Load More