SuaraJatim.id - Memiliki keterbatasan tak menjadi alasan untuk berhenti berkreativitas. Prinsip inilah yang dipegang Subeki, penyandang disabilitas dari Kediri.
Seorang pria paruh baya masih nampak sibuk menata ujung batang tebu sisa tebangan di atas kendaraan pengangkut barang yang dikenal warga sekitar dengan ledok. Subeki, begitu orang memanggil pria berusia 62 tahun itu, masih terus mengatur potongan tebu di Selasa (30/6/2020) siang.
Subeki sendiri adalah penyandang disabilitas sejak tahun 55 tahun silam, saat usianya masih tujuh tahun. Kala itu kaki kanannya terpaksa diamputasi setelah mengalami kecelakaan. Semenjak itu, ia harus menjalani kehidupan baru.
Pria asal Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, ini hanya menamatkan pendidikan sampai sekolah dasar. Lulus SD, Subeki tak memiliki skil sebagai montir. Hingga akhirnya ia mengikuti pelatihan dari Dinsos.
Baca Juga: Keren! Pelajar di Kediri Ciptakan Drone Berdaya Asam Pohon Pepaya
"Awalnya itu teman-teman disabilitas dikumpulkan, lalu dikasih keterampilan ngelas pada tahun 1981. Tahun 1982 saya buka usaha ini (bengkel)," katanya.
Usahanya pun lambat laun mulai dikenal warga kampungnya. Pria yang tinggal di RT 03/RW 01, Desa Pelas, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri tersebut kini dikenal sebagai montir di kampungnya. Namun seperti umumnya masyarakat di pedesaan, sesekali ia juga berkegiatan di sawah.
Seperti siang itu, Subeki baru pulang dari sawah. Dia menggunakan ledok atau gerobak pengangkut barang hasil rakitannya sendiri, untuk membawa sejumlah ujung batang tebu sisa tebangan ke rumahnya.
Sebagai seorang montir, Subeki memang ahli mengutak-atik berbagai jenis kendaraan. Berbekal pengetahuan yang dimilikinya, ia pun merakit ledok.
Dari tangannya, kreasi ledok rakitannya berhasil dibuat. Istimewanya, ledok hasil rakitannya ternyata berbeda dari kebanyakan ledok yang menggunakan mesin diesel. Karya Subeki kali ini menggunakan mesin sepeda motor bebek keluaran tahun 2010 yang telah dimodifikasi secara khusus.
Baca Juga: Libur Sekolah karena Corona, Siswa MAN Kediri Buat Drone dari Sampah
Ledok sendiri merupakan gerobak pengangkut barang yang lumrah dijumpai di wilayah Jawa Timur, seperti Kabupaten Kediri dan Nganjuk. Angkutan ini biasanya dipakai untuk menyangkut hasil pertanian.
"Membuat ini (ledok) ya satu bulan lah, selambat-lambatnya 1,5 bulan," kata Subeki kepada Kontributor Suara.com.
Sama seperti yang lain, ledok rakitan Subeki juga bisa berjalan maju dan mundur. Tentu saja hal itu tak biasa, mengingat mesin sepeda motor biasanya hanya bisa bergerak maju, tak bisa berjalan mundur.
"Kalau persnelingnya mobil masih dipakai, itu (ledoknya) bisa mundur. Kalau nggak dipakai ya nggak bisa mundur," ucap Subeki.
Sebenarnya ledok tersebut bukanlah satu-satunya karya Subeki. Masih ada satu kendaraan roda empat lainnya yang juga merupakan buah tangannya, yakni pikap bermesin sepeda motor.
Hanya saja pikap itu merupakan pesanan seorang klien. Subeki sendiri hanya merakit bodi pikap, sekaligus memasang dan memodifikasi mesin sepeda motor bebek sebelum dipasang ke badan pikap.
"Yang mesin (sepeda motor) shogun dipasang di pikap itu pesanan orang. Mesinnya dari sana (klien), bodi kendaraan dari sana. (Saya cuma) merakitkan," ungkapnya.
Sebagai montir, Subeki memasang tarif antara Rp 5 juta sampai Rp 7 juta untuk memasangkan mesin sepeda motor ke kendaraan pengangkut barang yang rusak seperti pikap dan ledok.
"Untuk ledok ini (bermesin sepeda motor kecepatannya) sekitar 40-50 (kilometer/jam) lah. Lebih hemat kalau pakai ini, ya seperti sepeda motor biasa. Kemungkinan ini jarak 25 kilometer (habis) satu liter (bensin)," urainya.
Tak ada yang mengajari Subeki memodifikasi kendaraan bermotor. Adapun keahliannya sebagai montir diperolehnya secara autodidak, pun dalam memasang mesin sepeda motor ke pikap maupun ledok.
"Jadi nggak ada yang mengajari, cuma inisiatif sendiri. Kebetulan punya mesin sepeda motor, lalu punya (bodi) sasis (suzuki) carry, lalu saya otak-atik begitu (kemudian menjadi ledok)."
Kontributor : Usman Hadi
Berita Terkait
-
Kisah Ayden Haoken: Inovator Muda yang Bikin Terobosan Energi Bersih Berdampak Sosial
-
Indonesia Krisis Inovasi: Mengapa Riset Selalu Jadi Korban?
-
6 Kuliner Khas Kediri yang Wajib Dicicipi saat Libur Lebaran
-
Jangan Terjebak Macet, Ini Rute Mudik Alternatif ke Kediri dari Surabaya, Malang, Solo
-
Lepas Mudik Gratis, Kelakar Pramono Ingin Ikutan: Coba Kalau Saya Bisa Pulang ke Kediri
Terpopuler
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Marah ke Direksi Bank DKI, Pramono Minta Direktur IT Dipecat hingga Lapor ke Bareskrim
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Jawaban Menohok Anak Bungsu Ruben Onsu Kala Sarwendah Diserang di Siaran Langsung
Pilihan
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
-
Solusi Pinjaman Tanpa BI Checking, Ini 12 Pinjaman Online dan Bank Rekomendasi
-
Solusi Aktivasi Fitur MFA ASN Digital BKN, ASN dan PPPK Merapat!
Terkini
-
DPRD Jatim Bongkar Rahasia Genjot Pertumbuhan Ekonomi
-
Massa Aksi Tolak UU TNI Surabaya: Ada Pasal-pasal yang Dapat Menyempitkan Masyarakat Sipil
-
Gubernur Khofifah di PKA II dan III BPSDM Jatim: Perkuat Kapasitas Pemimpin Birokrasi Adaptif
-
Kronologi Lengkap Kecelakaan Maut di Duduk Sampean Gresik: 7 Orang Meninggal Dunia
-
Heboh Es Krim Beralkohol Dijual di Stan Mall Surabaya