Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Jum'at, 07 Agustus 2020 | 18:33 WIB
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (Suara.com/Aziz)

SuaraJatim.id - Kasus konfirmasi positif Covid-19 di Jawa Timur tertinggi nasional. Meski demikian, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengklaim angka kesembuhan juga paling tinggi dibandingkan daerah lain sebesar 69,38 persen.

Gubernur Khofifah mengatakan, meski jumlah kasus positif tertinggi sebanyak 24.115 kasus , pihaknya juga mengklaim angka kesembuhan paling tinggi dibandingkan, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Tercatat ada 16.732 kesembuhan atau sekitar 69,38 persen.

Dijelaskannya, Jawa Barat, dan Jawa Tengah kasusnya tidak seperti Jawa Timur. Kemarin, Jabar kasus total 6.995 dan sembuh 4.252. Sedangkan Jateng, 20.151 kasus dan, sembuh 6.309.

"Memang kasusnya tinggi. Dari kesembuhan tersebut, dibanding Jabar dan Jateng, kesembuhan di Jatim 4 kali lipat karena kasusnya sangat besar," ujarnya saat peluncuran Gerakan 26 Juta Masker di Pendopo Kabupaten Malang, Jumat (7/8/2020).

Baca Juga: Sudah Sembuh, Pasien Covid-19 Pertama di Wuhan Alami Kelemahan Paru-Paru

Tingginya angka kesembuhan, lanjut dia, tidak lepas dari totalitas rumah sakit, dokter dan tenaga medis.

"Ini karena semua kerja keras, termasuk sopir ambulans," sambung dia.

Mantan Menteri Sosial ini optimistis mampu menekan angka kasus penularan Covid-19. Terlebih telah mendapatkan dukungan dari Pemerintah Pusat, melalui Kemendagri dan PKK.

"Kami akan terus berikhtiar menurunkan angka kematian. Dijaga betul terutama orang yang memiliki komorbid, jangan sampai terpapar, karena jadi kematian tertinggi," pungkasnya.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengapresiasi upaya pemerintah provinsi dalam upaya menekan angka kasus penularan Covid-19 serta meningkatnya jumlah kesembuhan.

Baca Juga: Miris, Pekerja Sosial di Banyumas Meninggal Karena Corona Jelang Pernikahan

Meski demikian, pihak tetap meminta agar tetap menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 secara disiplin. Termasuk dengan meminta peran aktif Kader PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga).

"Minta kader PKK yang berani dan di bawah usia 50. Terutama yang tidak memiliki komorbid (penyakit bawaan). Seperti yang dikatakan Bu Gubernur (Khofifah Indar Parawansa). Paling banyak angka kematian merupakan pasien komorbid (seperti diabetes)," katanya.

Mantan Kapolri ini melanjutkan, PKK dipilih bukan tanpa dasar. Sebab, menurutnya, organisasi ini besar dan mampu menjangkau hingga level terkecil, yakni keluarga.

"Ini momentum eksistensi PKK, karena ormas besar ini diakui PBB gerakannya sampai door to door," ujarnya.

Kontributor : Aziz Ramadani

Load More