Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Jum'at, 30 Oktober 2020 | 13:31 WIB
Ilustrasi kopi (shutterstock)

SuaraJatim.id - Perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau dikenal dengan Maulid Nabi Muhammad disambut gembira tiap tahunnya oleh umat Islam.

Bahkan, untuk merayakan hari kelahirannya, ada berbagai macam cara yang dilakukan umat Islam. Seperti agenda unik yang digelar di Desa Billapora Barat, Kecamatan Gandimg, Kabupaten Sumenep.

Warga menggelar program ngopi gratis dan makan gorengam gratis di 10 warung kopi yang telah ditunjuk selama dua hari, mulai Kamis hingga Jumat (29-30/10/2020).

Warung-warung kopi itu tersebar di tiga dusun, yakni Dusun Laok Songai, Dusun Opelan, dan Dusun Durbugan.

Baca Juga: 5 Makanan Ini Biasa Muncul Saat Perayaan Maulid Nabi di Indonesia

“Kami sengaja merayakan kelahiran junjungan kita semua, Nabi Muhammad SAW dengan sesuatu yang berkesan, dengan sesuatu yang berarti. Karena itu, kami memilih program ngopi gratis dan makan gorengan gratis, bagi semua warga yang datang kesini. Warga manapun. Tidak hanya warga desa ini,” kata Kepala Desa Billapora Barat Helmi seperti dilansir Beritajatim.com-jaringan Suara.com Jumat (30/10/2020).

Menurutnya, ngopi dan makan gorengan di warung-warung kopi bagi warganya nyaris menjadi sebuah budaya yang lekat setiap harinya.

Tetapi jangan membayangkan ngopi di desa ini seperti ngopinya anak-anak muda di kota yang berfasilitas full wifi.

Di desa ini, lanjut Helmi, yang ngopi di warung kopi justru para orang tua, baik laki-laki maupun perempuan.
Bahkan, waktu ngopinya pun bukan malam hingga dini hari menghabiskan waktu ala kafe, melainkan di pagi buta selepas Subuh.

“Jadi biasanya warga kami ini turun dari majid atau musholla, kemudian ngopi dan makan gorengan ke warung-warung kopi. Itu menjadi kebiasaan yang selalu dilakukam sebelum mereka pergi bertani,” papar Helmi.

Baca Juga: Apakah Rayakan Maulid Nabi Muhammad SAW Bid'ah? Ini Jawaban Quraish Shihab

Menurutnya, menyimak obrolan di warung kopi menimbulkan keasyikan tersendiri. Apa yang muncul dalam obrolan masyarakat saat di warung kopi dinilai jujur tanpa rekayasa.

“Kalau mau serap aspirasi ya di warung kopi. Kalau di balai desa itu biasanya masyarakat sungkan mau ngomong blak-blakan. Nfomongnya diatur. Tidak bebas seperti di warung kopi ini,” ucapnya.

Selain itu, dia bersama jajaran perangkat desa punya keinginan untuk memberdayakan usaha kecil masyarakatnya. Termasuk warung kopi.

“Dengan ngopi dan makam gorengan gratis ini, kami berharap bisa menggeliatkan usaha kecil masyarakat. Sedangkan dana untuk ngopi dan makan gorengan gratis ini kami siapkan secara swadaya,” ujarnya.

Load More