Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Jum'at, 06 Mei 2022 | 02:25 WIB
Bakso nuklir Jombang [Foto: Beritajatim]

"Tahun 1984, sehari penghasilan saya Rp 4.000 plus modal. Satu tahun kemudian, saya menggunakan gerobak dan mangkal di pinggir jalan depan RSK Mojowarno," katanya menambahkan, Jumat (6/5/2022).

Namun tahun 1991, pemerintah melarangnya berjualan di pinggir jalan sehingga ia menyewa sebuah rumah di di sebelah selatan RSK Mojowarno.

Sementara nama Bakso Nuklir sendiri, lanjut Tedjo, berawal pada tahun 1990-1991 yang saat itu terjadi perang antara Irak dengan Kuwait yang dipermasalahkan adalah nuklir.

“Nah, karena saya ingin bakso saya dikenal banyak orang jadi bakso saya, saya namai Bakso Nuklir. Tempat ini, yang sebelumnya saya sewa akhirnya bisa terbeli dan sampai saat ini, rumah ini menjadi Warung Bakso Nuklir,” jelasnya.

Baca Juga: Kecelakaan Tragis Nenek dan Cucu di Jombang, Tewas di Jalan Ditabrak Mobil Pemudik

Salah satu pemudik asal Mojokerto, Deniz Sudibyo (35) mengatakan, ia bersama keluarganya hendak mudik ke Kediri dan sengaja mampir untuk mencoba Bakso Nuklir.

"Sering lewat sini dan tahu kalau pagi sudah buka, jadi mampir karena kebetulan berangkat belum sarapan. Rasanya masih sama seperti dulu," katanya menegaskan.

Load More