SuaraJatim.id - I Gusti Ayu Vira Wijayantari, pekerja migran Indonesia (PMI) mengadukan diri sebagai korban eksploitasi di Turki. KBRI Ankara bergerak cepat merespons laporan tersebut.
Duta Besar RI untuk Turki Lalu Muhamad Iqbal mengatakan pihaknya sudah berhasil menemukan keberadaan Vira di Alanya, bagian timur Turki.
“Sekarang KBRI pada tahap menyelesaikan administrasi keimigrasian karena yang bersangkutan tidak terdaftar di aplikasi Lapor Diri-Peduli WNI KBRI Ankara, tidak terdeteksi keberadaannya sebelumnya oleh anggota Satgas Perlindungan WNI di Alanya,” kata Iqbal melalui pesan singkat, Selasa (16/8/2022) malam.
Iqbal menambahkan bahwa PMI tersebut sejak 2001 bekerja tanpa ijin kerja yang sah di Turki melalui agen di Indonesia.
Baca Juga: Kenangan dengan Tugba Kirana di Turki Lenyap, Fiki Naki Nyesek: Sedih Banget
KBRI disebutkan juga sedang meminta pertanggungjawaban dua orang agen pengirim di Indonesia.
Vira dilaporkan menderita sakit di bagian paru-paru dan perut, yang membuatnya terpaksa berhenti bekerja pada Juli tahun ini.
“Kalau melihat riwayat penyakitnya ini, penyakitnya sudah lama. Kalau saja bekerjanya secara legal sesuai prosedur yang melalui tes kesehatan, harusnya penyakit sudah ketahuan sebelum berangkat,” tutur Iqbal.
“Karena statusnya ilegal, yang bersangkutan juga tidak ditanggung asuransi kesehatan di Turki,” ujar dia, menambahkan.
Sebagai langkah penanganan, Vira akan terlebih dahulu dibawa ke shelter KBRI di Ankara untuk memudahkan pemantauan.
Baca Juga: KWT Srirejeki Trimurjo Ekspor Tanaman Hias ke Turki
Untuk menuju Ankara dari Alanya, dibutuhkan waktu enam jam perjalanan melalui darat.
“Kalau hasil pemeriksaan dokter nanti yang bersangkutan memungkinkan untuk diterbangkan (fit to fly), kita akan prioritaskan untuk segera dipulangkan dan dirawat di Indonesia. Karena dengan status ilegalnya saat ini, yang bersangkutan sangat rentan berada di sini,” tutur Iqbal.
Di Turki, terdapat sekitar tiga ribu pekerja Indonesia yang terdaftar di aplikasi Lapor Diri-Peduli WNI. Sebagian besar pekerja asal Indonesia bekerja sebagai terapis di spa.
Iqbal mengatakan bahwa setiap minggu selalu ada kasus pekerja migran Indonesia yang terdeteksi oleh KBRI Ankara, dengan jumlah yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
“Hampir semua pekerja yang bermasalah adalah mereka yang bekerja secara ilegal dan tidak melakukan lapor diri online melalui aplikasi Peduli WNI yang sudah disiapkan Kementerian Luar Negeri sejak 2017,” kata dia.
[Antara]
Berita Terkait
-
Jennifer Coppen Ngamuk! Dituduh Eksploitasi Anak, Balas Netizen Pedas!
-
Sejarah Terukir: Prabowo Beri Pidato di Depan Parlemen Turki, Apa yang Dibahas?
-
Erdogan Sambut Langsung Prabowo saat Kunjungan ke Turki
-
Mengenal Arti Eksploitasi Anak, Jennifer Coppen Geram Dituding Melakukannya
-
CEK FAKTA: Tidak Ada Demo Besar di Turki Usai Penahanan Wali Kota Istanbul
Terpopuler
- Marselino Ferdinan Dicoret Patrick Kluivert! Ini 3 Calon Penggantinya di Timnas Indonesia
- 17 HP Xiaomi Ini Tidak Didukung HyperOS 2.1, Ada Perangkatmu?
- Sebut Pegawai Luhut Sosok Asli di Foto Ijazah UGM, Roy Suryo: Saya Pastikan 99,9 Persen Bukan Jokowi
- 8 Kode Redeem FF Hari Ini 14 April 2025 Masih Aktif Siap Dipakai, Klaim Sekarang!
- Ini Syarat Pemutihan Pajak Kendaraan 2025, Warga Jateng Siap-siap Bebas Denda!
Pilihan
-
Gaikindo Peringatkan Prabowo soal TKDN: Kita Tak Ingin Industri Otomotif Indonesia Ambruk!
-
Piala Dunia U-17 2025: Perlunya Tambahan Pemain Diaspora di Timnas Indonesia U-17
-
Perhatian! Harga Logam Mulia Diprediksi Akan Terus Alami Kenaikan
-
Baru Masuk Indonesia, Xpeng Diramalkan Segera Gulung Tikar
-
Profil Helmy Yahya yang Ditunjuk Dedi Mulyadi jadi Komisaris Independen Bank BJB
Terkini
-
Kasus Penahanan Ijazah Masuk Babak Baru, Wali Kota Surabaya Intruksikan Cek Semua Perusahaan
-
Heboh Isu KPK Geledah Dispora Jatim, Terungkap Fakta Sebenarnya
-
Terungkap Korban Oknum Guru Lumajang yang Lakukan Pelecehan Seksual Lebih Banyak
-
Berkat Program BRI, Klaster Usaha Tenun Ulos Ini Sukses Bangkit dan Berdayakan Kaum Wanita
-
UMKM Binaan BRI Ikuti Pameran Internasional FHA-Food & Beverage 2025 di Singapura