Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Jum'at, 25 November 2022 | 09:37 WIB
Ilustrasi Matahari - Penyebab Suhu Panas di Indonesia (Pixabay)

SuaraJatim.id - Tercatat angka kasus kematian fantastis di Eropa dalam beberapa hari ini gara-gara gelombang panas. Sebuah laporan mencatat kasus kematian mencapai 20 ribu, Kamis (24/11/2022).

Gelombang panas ini terjadi di Prancis, Jerman, Spanyol, dan Inggris. Suhu udara hingga 40 derajat Celsius atau lebih melanda kota-kota di Eropa, mulai dari Paris hingga London, pada Tahun 2022.

Para ilmuwan iklim dari World Weather Attribution menemukan bahwa temperatur setinggi itu "nyaris mustahil" tanpa adanya perubahan iklim.

Gelombang panas pada tahun 2003 menimbulkan lebih dari 70.000 kematian eksesif—selisih angka perkiraan dalam keadaan normal dengan angka sebenarnya—di Eropa, sebagian besar terjadi di Prancis.

Baca Juga: Jika Cristiano Ronaldo Pilih Berkarier di Luar Liga Eropa, 3 Liga Asia Ini Mungkin Cocok

Bencana itu mendorong banyak negara untuk mengambil berbagai langkah, seperti menerapkan sistem peringatan dini, meminta penduduk untuk saling mengawasi, dan memasang penyejuk udara di sekolah.

Langkah-langkah itu serta rencana aksinya mungkin telah mengurangi dampak gelombang panas pada tahun 2022. Akan tetapi, kata Chloe Brimicombe, peneliti gelombang panas di Universitas Graz, Austria, angka kematian masih "lebih tinggi dari perkiraan".

"Saya menganggap ini … gelombang panas paling berdampak sejak 2003," kata dia.

Karena pihak berwenang tidak mengaitkan sebagian besar kematian dengan udara panas, para statistikawan menggunakan rumus untuk menghitung angka perkiraan kematian eksesif.

Udara panas bisa membunuh dengan memicu heatstroke (kenaikan suhu tubuh secara dramatis) yang merusak otak, ginjal, dan organ-organ lain. Heatstroke juga bisa memicu kondisi lain seperti serangan jantung atau gangguan pernapasan.

Baca Juga: Melihat Gunung Purba Tempat Para Astronaut Latihan

Organisasi Meteorologi Dunia mengatakan bahwa pada bulan ini Eropa telah menghangat lebih dari dua kali lipat dibandingkan wilayah dunia lainnya selama tiga dasawarsa terakhir.

Load More