Scroll untuk membaca artikel
Galih Prasetyo
Selasa, 02 Januari 2024 | 11:08 WIB
Pertempuran Lengkong Tewaskan Dua Paman Prabowo Subianto di Usia Muda, Berawal dari Penembak Misterius [Twitter @Gerindra]

SuaraJatim.id - Margono Djojohadikoesoemo, pendiri BNI yang juga ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) pertama serta kakek Prabowo Subianto menerima kabar pahit pada 25 Januari 1946.

Dua putranya, Soebianto Djojohadikoesoemo dan Soejono Djojohadikoesoemo tewas dalam pertempuran Lengkong.

Margono yang kelahiran Banyumas memiliki tiga orang putra, Soemitro, Soebianto dan Soejono. Anak kedua dan ketiganya berkarier di militer dan berada di bawah komando pahlawan nasional Mayor Daan Mogot.

Kelak Soemitro kemudian memberikan nama tengah putra pertamanya sama seperti sang adik, Soebianto yang tewas dalam pertempuran Lengkong.

Baca Juga: Cerita Soebianto Djojohadikoesoemo Paman Prabowo yang Dibunuh Jepang di Usia Muda

Sebelum peristiwa berdarah itu terjadi, anak kedua Margono, Soebianto sudah berpangkat letnan satu alias lettu, sementara sang adik, Soejono yang masih berusia 16 tahun termasuk 33 taruna dibawah komando Mayor Daan Mogot.

Prabowo Subianto seperti dikutip dari indonesiadefense.com, sempat menuliskan kisah heroik kedua pamannya yang tewas di usia sangat muda. Prabowo mengenang kedua pamannya itu di dalam buku berjudul 'Kepemimpinan Militer'.

Menurut Prabowo, buku tersebut ia persembahkan untuk kedua pamannya yang gugur bersama Mayor Daan Magot.

“Buku ini juga untuk mengenang kedua paman saya. Kapten Anumerta Soebianto dan Taruna Soejono yang gugur bersama Mayor Daan Mogot dalam pertempuran melawan tentara Jepang di Lengkong, Tangerang Selatan, pada tanggal 25 Januari 1946,” tulis Prabowo.

Peristwa Lengkong Berawal dari Penembakan Misterius

Baca Juga: Prabowo-Gibran Didukung Tarekat Naqsabandiyah: Masyarakat Inginkan Pemimpin Bener

Pertempuran Lengkong pecah berawal dari penembakan misterius saat rombongan Mayor Daan Mogot mendatangi markas pasukan Jepang di Lengkong, Tangerang Selatan (Tangsel).

Mayor Daan Magot saat itu datang bersama sejumlah taruna dan perwira, termasuk dua paman Prabowo, Soebianto dan Soejono. Bersumber dari indonesiadefense.com, Mayor Daan Mogot datang untuk merebut senjata milik pasukan Jepang.

Hal itu dilakukan Daan Mogot agar senjata milik Jepang tidak jatuh ke tangan tentara Belanda. Daan Mogot mendatangi markas tentara Jepang dengan membawa 70 kadet Tangerang dan 8 tentara Gurkha.

Rombongan Daan Mogot tiba di markas Jepang sekitar pukul 16:00 WIB. Saat itu, pasukan Gurkha meyakinkan tentara Jepang bahwa rombongan Daan Mogot ialah gabungan dari TKR dan Sekutu.

Daan Mogot kemudian bersama Mayor Wibowo serta seorang taruna Akmil Tangerang diizinkan masuk untuk bertemu pimpinan pasukan Jepang. Sedangkan di luar, paman Prabowo, Letnan Soebianto bersama Letnan Soetopi menunggu dan mulai mengumpulkan senjata milik Jepang.

Tiba-tiba, peritiwa berdarah itu pecah. Dari arah tersembunyi, rentetan peluru ditembakkan sosok misterius. Hal ini membuat kepanikan. Tentara Jepang yang merasa dijebak, kemudian menyerang rombongan Daan Mogot.

Pertempuran yang tak seimbang ini baru berakhir menjelang gelap. Para kadet tewas, tak terkecuali dua paman Prabowo, Soebianto dan Soejono. Selain itu, Mayor Daan Mogot juga tewas di tangan pasukan Jepang.

Total ada 33 taruna dan 3 perwira tewas dalam pertempuran Lengkong ini. Bagi Prabowo, dua pamannya ini yang jadi inspirasinya untuk berkarier di dunia militer.

“Dia (Soebianto ) dari Fakultas Kedokteran. Mungkin karena dari kedokteran, dia langsung jadi perwira. Yang satu (Soejono ) masuk Akademi Militer Tangerang,” kata Prabowo.

Load More