"Kalau sudah Rajab, Syaban sampai Ramadan, banyak jemaah tarekat yang datang dari luar Jawa. Ada program triwulan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dan menyongsong meteor bukan kiamat," kata Gus Romli.
Ia mengatakan, jemaah triwulan sudah berjalan selama tiga tahun. Dalam pengajian, ia mengaku hanya menyebut bakal ada meteor jatuh, yang merupakan 10 tanda kiamat.
"Jadi awal dari 10 tanda besar kiamat itu diawali dari hantaman meteor, dalam hadis maka tunggulah dan intailah hari dimana langit akan datang dengan membawa asap yang nyata," ujarnya.
Dalam pengajian tersebut, Gus Romli mengajak jemaah untuk mewaspadai datangnya hari kiamat dengan melakukan zikir, tahlil dan tahmid. Sebab, tanda-tanda hari kiamat, menurut Gus Romli semakin jelas. Salah satunya adalah keringnya danau Tiberias di Israel.
Baca Juga:Di Istana Kadriah, Prabowo Dapat Gelar Datuk Sri Setia Negara
"Dalam hadis tanda kemunculan Dajal adalah keringnya danau Tiberias di wilayah Israel. Kalau di akses di internet keringnya sudah sangat parah dan sudah hampir kering dan di perkirakan oleh BMKG dunia 2022 atau 2023 kering total," ucap Gus Romli.
Gus Romli menyebut berdasarkan perhitungan itu, dugaan meteor jatuh pada 2019 ini. Sebelum itu, diawali dengan tiga tahun kemarau panjang. Atas dasar itu ia mengajak jemaah untuk membawa bekal dari rumah.
"Dalam sebuah hadis. Sahabat bertanya, Ya Rasulluah kita makan apa, kalian orang mukmin tidak perlu khawatir makanannya adalah dzikir, tahlil dan tahmid ada hadisnya itu. Karena itulah kesimpulan kami, kalau 2022 Tiberias mengering kemudian diambil 3 berarti tahun 2019 ini, tapi ini sifatnya kan karena waspada saja, bukan memastikan kiamat," jelasnya.
Untuk diketahui, karena isu kiamat sudah dekat itu, sebanyak 52 warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo pergi dari desanya.
Baca Juga:Pembalakan Liar Gunung Cykloop Diduga Jadi Penyebab Banjir Bandang Sentani