Duwo juga jarang pulang ke rumah, kesehariannya selalu di lakukan di alun-alun atau warkop. Bahkan tidur kadang di sekitar komplek makam.
"Saya jarang sekali pulang, tidur di alun-alun, warkop, kadang juga di komplek makam. Kalau hasil parkir lumayan, buat makan, jajan dan beli pakaian," ujar Duwo di alun-alun Gresik.
Dengan kondisi keterbatasan mental dan badan yang agak ringkih, Duwo merasa kadang dianggap gila. Ketika ditanya tentang hal itu, tiga bersaudara itu menyangkal jika dianggap gila.
"Saya tidak gila, saya waras mas. Bicara saya seperti ini bawaan sejak lahir, sejak kecil bicaranya gagap, jadi kadang dianggap seperti gila, tapi saya waras. Saya sejak kecil seperti ini, malah dulu tidak bisa jalan apalagi sepedaan, sekarang bisa," ungkap Duwo.
Baca Juga:Viral Tukang Parkir Tega Gebuk Ibu-Ibu di Gresik, Aksinya Meresahkan
Duwo mengaku menyesal telah melakukan pemukulan kepada ibu yang membawa anaknya yang akhirnya viral itu, menurutnya saat itu jalan macet, disuruh minggir tidak mau, apalagi kondisi udara sangat panas.
"Ibu itu saya suruh minggir tapi tidak mau, jalan macet juga akhirnya saya pukul, saya menyesal kejadian itu," katanya.
Sementara Supri (37) salah satu teman seprofesi menjadi juru parkir mengatakan, jika Duwo sudah puluhan tahun menjadi tukang parkir di sekitar alun-alun, sebelum dirinya sudah ada Buwo.
"Dia sudah lama parkir di sini, puluhan tahun, gantian sift sama saya dan teman lainnya," kata Supri.
Menurut dia, setelah kejadian pemukulan viral di medsos, polisi dan petugas Dishub sempat menemui Duwo sekaligus menghukum dengan memberikan pernyataan maaf, juga menyarankan untuk memberhentikan sementara jadi jukir.
Baca Juga:Miris, Dua Lansia Buta di Gresik Hidup di Rumah Reyot Tak Layak Huni
"Kejadian itu pagi agak siang, setelah viral, Buwo langsung diamankan kepolisian dan dishub Gresik di alun-alun ini. Kemudian menyarankan kepada kami untuk memberhentikan sementara tidak menjadi jukir," ungkap Supri.