SuaraJatim.id - Cemara tak selalu identik dengan Natal, di Indonesia cemara diganti apapun menurut budaya sampao cara hidup lokal. Di halaman depan Gereja Katolik Paroki Kristus Raja Surabaya dihiasi pohon Natal berbeda.
Berbeda dengan pohon Natal pada umumnya yang menggunakan cemara atau pinus, pohon Natal setinggi lebih dari 4 meter dan keliling lingkar bawah 8 metern itu tersusun dari 400 tanaman hidroponik. Botol-botol plastik bekas berisi air digunakan sebagai media tanaman.
Sayuran tersebut ditanam dan dikumpulkan dari 9 orang umat anggota komunitas urban farming Paroki Kristus Raja.
Yohanes Sindoko Ariputro, pembuat pohon Natal Sayuran Hidroponik mengungkapkan, ide ini berasal dari Pastor Kepala Paroki Kristus Raja, yang berharap aktivitas komunitas urban farming di kalangan umat kembali hidup dan berkembang.
Baca Juga:Indah dan Unik, Inilah 7 Pohon Natal Terbaik di Dunia
“Kita memang sering menanam, itu termasuk seperti samhong, itu ada sawi daging atau sawi sendok, samhong itu sejenis sawi. Sekitar 400 tanaman diwujudkan dalam bentuk pohon Natal,” kata Yohanes Sindoko Ariputro.
Romo Agustinus Dodik Ristanto, CM, selaku Pastor Kepala Paroki Kristus Raja menuturkan, pohon Natal dari sayuran hidroponik dapat dimaknai sebagai pentingnya sayuran dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai salah satu bahan makanan dan sumber kehidupan.
“Sayuran itu memang perlu untuk kehidupan sehari-hari. Nah, harapan saya dengan ini menjadi pemaknaan bahwa, menjadi pohon terang itu juga harus ada sehari-hari dalam kehidupan kita,” ujar Romo Agustinus Dodik Ristanto, CM, kepada VOA.
Romo Dodik Ristanto menambahkan pohon Natal sayuran itu juga bertujuan untuk mengajak umat Katolik untuk belajar menanam berbagai jenis tanaman. Karena dengan aktivitas itu, umat belajar memaknai kesabaran dan belajar merawat kehidupan.
“Kita diajak sabar seperti seorang petani yang menantikan tumbuhnya tanaman. Kesabaran semacam inilah yang diperlukan manusia zaman sekarang. Bahwa sabar bukan hanya menanti sesuatu pemberian, tetapi dalam arti berani merawat kehidupan,” papar Romo Dodik Ristanto, CM.
Baca Juga:Melihat Pohon Natal dari Botol Minuman Bekas
Merawat kehidupan bukan hanya melulu soal merawat diri sendiri, tetapi juga berarti merawat relasi dengan teman dan orang lain, tambahnya.
“Inilah yang sesuai dengan teman Natal tahun ini, Hiduplah Sebagai Sahabat Bagi Semua Orang,” ujar Romo Dodik.
Yohanes Sindoko berharap, pohon Natal sayuran hidroponik ini dapat menarik minat umat yang lain untuk mulai menanam di rumah masing-masing, sebagai bagian dari upaya melestarikan lingkungan.
“Harapan kita ini supaya umat itu tertarik sehingga dia bisa ikut menanam. Jadi urban farming ini bisa hidup kembali, Semakin bisa yang romo harapkan, seluruh umat bisa ikut partisipasi menanam,” imbuh Yohanes.
Sementara itu, umat Paroki Kristus Raja, Sandoho mengungkapkan, melalui pohon Natal ramah lingkungan ini umat diharapkan semakin memperhatikan lingkungannya, dan berperan aktif mencegah kerusakan alam.
“Di bumi kan lagi (trend) go green itu, jadi kita memelihara lingkungan. Ya kita kembali ke sebelum modernisasi. Jadi kita mengandalkan tanaman, tumbuh-tumbuhan, alam sekitar kita, seperti kantong plastik kita kurangi semua,” kata Sandoho.
Selain pohon Natal sayuran hidroponik, Paroki Kristus Raja juga membuat kandang Natal sederhana di dalam gedung gereja sebagai lambang kelahiran Yesus Kristus. Kandang Natal sederhana itu bernuansa Tionghoa dan Bali, dengan latar belakang kandang bergambar tempat-tempat ibadah umat agama lain yang ada di Indonesia.