Sejarawan Batara: Tak Ada Sumpah Pemuda 1928, Rekayasa Penamaan Tahun 50-an

Apabila diteliti lebih mendalam terlihat, bahwa pada 28 Oktober 1928 tidak ada yang dinamakan 'Sumpah Pemuda.' Penamaan ini merupakan rekayasa di tahun 1950-an," kata Batara.

Reza Gunadha
Kamis, 29 Oktober 2020 | 19:08 WIB
Sejarawan Batara: Tak Ada Sumpah Pemuda 1928, Rekayasa Penamaan Tahun 50-an
Teks Lagu Indonesia Raya yang terpasang di salah satu sudut dinding Museum Sumpah Pemuda, Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta, Rabu (28/10/2020). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

SuaraJatim.id - Batara Richard Hutagalung, penulis sejarah, mengungkapkan klaim baru tentang Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober. 

Menurutnya, tidak ada pengucapan ikrar Sumpah Pemuda dalam kongres pemuda 28 Oktober 1928, seperti yang diklaim buku-buku sejarah.

Kendati peringatan Hari Sumpah Pemuda telah berlangsung selama 92 tahun, Batara Richard menemukan adanya fakta sejarah lain yang belum banyak diketahui publik.

Lewat hasil penelitian yang ia tulis dengan judul "28 Oktober 1928: Tidak Ada Sumpah Pemuda" pada 17 Juli 2020, Batara Richard menyebut tidak ada pengucapan ikrar yang dilakukan oleh para pemuda.

Baca Juga:Terkuak Fakta Baru, Ternyata Tidak Ada Pembacaan Ikrar Sumpah Pemuda 1928

"Selama puluhan tahun rakyat Indonesia percaya, bahwa pada 28 Oktober 1928 para pemuda pribumi yang tergabung dalam berbagai organisasi-organisasi di wilayah jajahan Belanda mengucapkan 'Sumpah Pemuda.' Apabila diteliti lebih mendalam terlihat, bahwa pada 28 Oktober 1928 tidak ada yang dinamakan 'Sumpah Pemuda.' Penamaan ini merupakan rekayasa di tahun 1950-an," kata Batara Richard kepada Suara.com, Kamis (29/10/2020).

Ia meneliti, berdasarkan hasil-hasil rapat Kongres Pemuda II, tidak ditemukan adanya pembacaan atau pengucapan ikrar.

"Hasil pembahasan Kongres Pemuda II, yang pada waktu itu dalam bahasa Melayu dinamakan Kerapatan Pemuda-Pemudi Indonesia II diformulasikan sebagai resolusi," kata dia.

"Tidak ada pembacaan sumpah atau ikrar bersama. Baru di tahun 1950-an hasil kerapatan pemuda ini dinamakan sebagai Sumpah Pemuda, untuk disejajarkan dengan Sumpah Palapa Gajah Mada, untuk kepentingan politik saat itu."

Ia menjelaskan, dalam Kerapatan Pemuda-Pemudi Indonesia II yang dihadiri oleh Sugondo Joyopusito, Joko Marsaid, Muhamad Yamin, Arif Syarifuddin dan beberapa tokoh lain itu, juga diikuti oleh masyarakat luas.

Baca Juga:Profil Batara Richard, Sejarawan yang Sebut Tak Ada Sumpah Pemuda 1928

Rapat terbuka itu mengakibatkan membludaknya animo masyarakat yang hadir di sidang yang dilaksanakan selama dua hari. Tak tanggung-tanggung, saat itu 700-an orang memenuhi tempar sidang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini