Kisah Dusun Tak Berpenghuni di Ponorogo, Cuma Tersisa Masjid dan Kitab Kuno

Sebelum ditinggalkan para penghuninya, Dusun Sumbulan menyimpan sejarah syiar Islam yang kental. Sebuah pondok pesantren sempat berdiri sebagai tanda peradaban di dusun ini.

Farah Nabilla
Kamis, 04 Maret 2021 | 11:41 WIB
Kisah Dusun Tak Berpenghuni di Ponorogo, Cuma Tersisa Masjid dan Kitab Kuno
Masjid peninggalan pondok pesantren Sumbulan. [Beritajatim.com]

SuaraJatim.id - Sebuah kampung di Ponorogo mendadak jadi perbincangan publik lantaran ditinggal oleh penghuninya selama bertahun-tahun.

Adalah Dusun Sembulan, Desa Plalangan, Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo yang telah ditinggal warganya sejak tahun 2016 lalu.

Lokasinya yang sepi, jauh dari keramaian, dan terletak di tengah persawahan diduga jadi salah satu penyebab mengapa warga Dusun Sumbulan berbondong-bondong eksodus dari tempat itu.

Ditambah lagi, dusun itu dikelilingi sungai dan pematang sawah jadi satu-satunya akses masuk.

Baca Juga:Heboh Cicak Berkepala Dua dan Berkaki Lima di Ponorogo

Kini, Dusun itu hanya menyisakan sebuah bangunan Masjid yang masih berdiri kokoh.

Sebelum ditinggalkan para penghuninya, Dusun Sumbulan menyimpan sejarah syiar Islam yang kental. Sebuah pondok pesantren sempat berdiri sebagai tanda peradaban di dusun ini.

"Dulu ponpesnya ada di depan masjid, tepatnya di selatan jalan. Tapi sekarang sudah tidak ada bangunannya, " kata Sumarni, pria yang pernah tinggal di Dusun Sumbulan kepada Beritajatim.com --jaringan SuaraJatim.id.

Salah satu rumah warga di Dusun Sumbulan Ponorogo yang ditinggal penghuninya [Foto: Beritajatim]
Salah satu rumah warga di Dusun Sumbulan Ponorogo yang ditinggal penghuninya [Foto: Beritajatim]

Pondok Pesantren itu didirikan oleh Nyai Murtadho dengan nama Pondok Sumbulan.

Nyai Murtadho sendiri adalah keturunan dari seorang ulama dari Demak yang menyebarkan syiar Islam dengan membuka lahan di Dusun Sumbulan tersebut.

Baca Juga:GP Ansor Desak Pemprov Banten Segera Buat Perda Pondok Pesantren

"Jadi yang babat Dusun Sumbulan ini bapaknya Nyai Murtadho. Nah, Nyai Murtadho inilah yang mendirikan pondok pesantren di sana," ujar Sumarno.

Diceritakan Sumarno, pada tahun 1971 lalu, bangunan pesantren itu telah roboh. Para santrinya pun berpindah ke daerah lain, yang kemudian diikuti oleh para warga sekitar karena semakin sepinya kampung.

Namun meski sudah ditinggalkan para santri, ternyata masih ada peninggalan yang jadi bukti peradaban di pesantren Sumbulan.

"Di antaranya kitab kuno dan Al Qur'an yang masih tersimpan rapi," ungkap Sumarno.

Selain itu, masjid yang dahulu pernah jadi tempat santri ibadah dan mengaji masih kokoh berdiri. Bedug pun masih tampak terawat diletakkan di teras masjid.

Sumarno sendiri memutuskan untuk pindah ke Desa Plalangan yang lebih mudah dijangkau dan ramai.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini