Situs megalitik berupa batu Dolmen di Desa Maskuning Kulon berada dalam satu wilayah desa. Jaraknya pun berdekatan. Apalagi, beberapa batu itu ada di tengah-tengah kebun dan persawahan warga.
Ternyata batu Dolmen dulunya juga digunakan sebagai tempat sesajen. Batu itu berada di tengah persawahan warga di Dusun Krasak.
Unang Rahardjo, kepala desa setempat, mengatakan bahwa memang di desanya tersebut sudah sejak lama ditemukan banyak batu Dolmen. "Desa Maskuning Kulon menjadi pusat megalitik dalam satu kompleks wilayah," katanya.
Salah seorang tim ahli budaya Ijen Geopark Bondowoso, Tantri Raras Ayuningtyas mengatakan, rute untuk pengunjung ke Dolmen itu disurvei ulang. "Sehingga kami membagi beberapa rute dan disesuaikan dengan pengunjung," imbuhnya.
Baca Juga:Banyuwangi Punya Persatuan Dukun, Bondowoso Ada Perkumpulan Pemuda Sesat
Menurutnya, rute yang ada di Desa Maskuning Kulon sudah dipetakan. Dibagi menjadi beberapa rute dan menyesuaikan dengan pengunjungnya.
"Beberapa hari lalu, rute untuk mencapai sejumlah batu Dolmen sudah didatangi pendidik di sekolah. Beberapa waktu lalu sudah diujicoba dengan school to geopark," katanya.
Selain batu megalitik di Desa Maskuning Kulon, Pujer, Bondowoso. Ada beberapa situs budaya yang masuk Ijen Geopark dan diusulkan ke UNESCO Global Geopark (UGG). Diantaranya Situs Gua Butha di Cermee, Gua Butha di Sumber Canting, Singo Ulung dan Tari Petik Kopi.