SuaraJatim.id - Lowongan relawan tenaga kesehatan (nakes) Covid-19 di Kabupaten Jember sepi peminat. Bahkan beberapa pendaftar batal lantaran tidak mendapat izin keluarga.
Hal itu diungkap Direktur Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jember, Hendro Soelistijono. Dijelaskannya, sulit mendapatkan relawan nakes. Padahal kebutuhannya kian mendesak lantaran jumlah pasien Covid-19 terus bertambah, Antaran nakes dan pasien jumlahnya tidak seimbang.
RSD dr. Soebandi, lanjut dia, membutuhkan 90 relawan dan sudah mendapat persetujuan dari bupati untuk merekrut relawan.
“Insititusi yang sudah siap adalah institusi pendidikan untuk menugasi relawan-relawannya agar membantu dr. Soebandi,” katanya dikutip dair beritajatim.com -- jejaring media suara.com, Minggu (25/7/2021).
Baca Juga:Kronologis Petugas Pemakaman COVID-19 Jember Dikeroyok di Depan Kapolsek dan Camat
“Tapi ternyata tidak mudah mencari relawan. Ada yang sudah daftar, (belakangan) dilarang orang tua, dilarang suami. Tidak semua orang mau. Kan ya takut juga. Saya paham,” imbuhnya.
DIjelaskannya, kondisi rumah sakit sangat kewalahan menghadapi banyaknya pasien. Terlebih, tak sedikit dari nakes juga terpapar virus corona tersebut dan butuh istirahat.
“Banyak juga (tenaga kesehatan) kami yang terkena (Covid). Sementara shift-nya tidak boleh lebih dari enam jam di ruangan (isolasi Covid), sehingga yang biasanya sehari tiga shift harus jadi lima shift untuk mengurangi paparan. Ini yang membuat perlu menambah jumlah (tenaga kesehatan). Di sisi lain ada teman-teman yang terkonfirmasi dan harus diistirahatkan,” kata Hendro.
Tercatat ada 20 orang tenaga kesehatan dr. Soebandi yang terpapar Covid-19, per 21 Juli 2021.
“Kebanyakan perawat dan ada tiga dokter serta satu dari manajemen. Semua dirawat isolasi mandiri,” kata Hendro.
Baca Juga:Petugas Pemakaman Covid-19 di Jember Dipukul, Dilempari Batu dan Dibanting Warga
Salah satu tenaga kesehatan meninggal dunia yakni Pelaksana Tugas Kepala Bagian Perencanaan dan Penyusunan Anggaran Umi Istiqomah setelah dirawat di rumah sakit.
Saat ini seluruh tenaga kesehatan di dr. Soebandi dikerahkan untuk mendukung penuh, termasuk 110 orang dokter. Ada 12 orang dokter yang menangani pasien Covid, dan sisanya harus bersiap jika keadaan darurat atau mendesak.
“Dokter spesialis anestesi dan dokter spesialis jantung kami gerakkan semua, karena tidak mungkin mampu kalau hanya dokter spesialis paru. Dokter paru kami cuma tiga orang. Ruang perawatan kami ada 140 ruang. Kalau memang kekurangan, kami akan gerakkan dengan dokter-dokter lain,” kata Hendro.
“Kami jadwalkan pelayanan (kesehatan)-nya. Kalau semua kena, dr. Soebandi bisa tutup. Ini salah satu rumah sakit rujukan di Jawa Timur. Maka itu teman-teman saya atur untuk penjadwalan polikliniknya. Sehari sekali, biar yang lainnya di rumah untuk on call,” katanya.
Sementara itu jumlah perawat yang bertugas sebanyak 200-300 orang.
“Mereka terbagi dalam shift-shift,” kata Hendro.