"Untuk saat ini, penelitian yang saya lakukan adalah lab on tip, dimana kita memasang sensor tertentu di ujung pipet sehingga seorang peneliti bisa mengetahui kandungan bahan yang ditelitinya dengan segera," ujarnya.
Ia mencontohkan misalnya saja alat itu bisa dipakai peneliti yang ingin mengetahui kandungan pestisida dalam sayur atau buah, begitu dicelupkan di sampel yang sudah disiapkan maka sensor yang ada di ujung pipet akan memberikan informasi apakah ada kandungan pestisida atau tidak tanpa harus membawanya ke laboratorium sehingga praktis.
Secara berkala Stanford University menggelar pemeringkatan ilmuwan yang dinilai memiliki pengaruh di dunia melalui publikasi ilmiah bertajuk Data for Updated Science-Wide Author Databases of Standarized Citation Indicators.
Pemeringkatan dibuat berdasarkan jumlah sitasi publikasi atas karya tulis ilmiah yang sudah dipublikasikan di jurnal bereputasi tingkat dunia, sehingga makin banyak peneliti yang merujuk kepada penelitiannya maka artinya penelitian yang dilakukan ilmuwan itu dinilai memberikan dampak luas bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Baca Juga:Dosen Non Aktif UNEJ Dituntut 8 Tahun Penjara Kasus Pecabulan, Berat Buat Pengacara
Dalam publikasi ilmiah tersebut, Stanford University mencatat ada 159.648 ilmuwan dari berbagai negara yang dianggap berpengaruh di dunia.
Rektor Unej Iwan Taruna mengapresiasi dan bangga atas keberhasilan Prof Bambang Kuswandi masuk dalam daftar 58 ilmuwan Indonesia paling berpengaruh di dunia, sehingga menjadi contoh bagi kolega dosen lainnya.
"Unej terus berusaha mendorong makin banyak peneliti yang tampil di tataran dunia dengan cara memperbanyak hasil penelitian yang dimuat di jurnal internasional," katanya.
Ia mengatakan hasil penelitiannya bisa dimanfaatkan oleh industri dan berdampak bagi masyarakat luas yakni caranya dengan berbagai hibah penelitian dan memfasilitasi kerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri.
Baca Juga:Diisi Akademisi hingga Seniman, Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta Dikukuhkan
- 1
- 2