SuaraJatim.id - Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), organisasi kelompok nasionalis sayap kanan Hindu yang disebut "anti-Islam" diundang dalam acara dialog keagamaan R20 di Bali oleh PBNU.
Menurut Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf, pihaknya kini memang tengah membangun dialog dengan Pemerintah India dan RSS. Dialog ini dibangun guna mendorong proses keterlibatan yang konstruktif dalam mengatasi ancaman terhadap umat Islam dan kaum minoritas di negara tersebut.
"Nahdlatul Ulama menyadari adanya berbagai pelanggaran dan ancaman terhadap umat Muslim, Kristen, dan populasi minoritas lain di India," ujarnya, dalam siaran persnya, Kamis (29/09/2022).
"Diskusi Nahdlatul Ulama yang sedang berlangsung dengan Pemerintah India dan RSS dimaksudkan untuk mengatasi berbagai pelanggaran dan ancaman tersebut melalui proses keterlibatan yang konstruktif," katanya.
NU meyakini bahwa satu-satunya cara untuk mengatasi kepedihan sejarah yang mengakar dan mempromosikan hidup berdampingan secara damai adalah dengan merangkul semua pihak untuk menolak terlibat dalam sentimen kebencian dan permusuhan.
"Nahdlatul Ulama mendorong setiap orang yang beriktikad baik, dari setiap agama dan bangsa, untuk menolak penggunaan identitas sebagai senjata politik dan ikut serta mendorong solidaritas dan rasa hormat di tengah keberagaman masyarakat, budaya, dan bangsa di dunia," kata Gus Yahya.
Lalu siapa itu RSS?
Dalam beberapa tahun terakhir konflik sektarian mencuat di India. Akar masalahnya adalah kepentingan politik penguasa dan oposisi yang dinilai mengorbankan umat Islam India.
Adalah Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS), organisasi kelompok nasionalis sayap kanan Hindu yang berdiri 94 tahun lalu, merupakan induk dari Partai Bharatiya Janata (BJP) yang saat ini menguasai India.
Politisi BJP berulang kali melempar pernyataan yang menyakiti imat Islam India. Misalnya politisi Nupur Sharma, yang dalam sebuah acara debat menghina Nabi Muhammad SAW. Pernyataannya itu mengundang demonstrasi besar-besaran umat Islam di dunia.
- 1
- 2