Scroll untuk membaca artikel
Agung Sandy Lesmana
Rabu, 01 Mei 2019 | 17:56 WIB
Perwakilan FMN, Anindya memprotes polisi yang menangkap dua temannya. (Dimas Angga).

SuaraJatim.id - Ternyata massa berpakaian hitam dan bermasker yang dibubarkan aparat kepolisian saat menggelar peringatan May Day di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya, Rabu (1/5/2019) berasal dari Front Mahasiswa Nasional (FMN) Surabaya.

Salah satu koordinator FMN, Anindya Shabrina Prasetiyo menuding memang sejak aparat kepolisian sedikit bertindak represif ketika massa mendatangi gedung Negara Grahadi untuk memperingati May Day.

"Ketika long march sudah diteriaki oleh polisi, anak-anak pakai atribut hitam-hitam, sama masker. Disuruh lepas, anak-anak enggak mau kan, karena kesepakatannya memakai masker kan," kata dia saat ditemui wartawan.

Anindya bahkan mengaku aparat kepolisian kemudian meminta massa membubarkan diri karena tak mau membuka masker yang dikenakan. Padahal, kata dia, massa dari FMN hanya menggelar aksi damai.

Baca Juga: Erick Thohir: Jokowi Negarawan Sempurna, Minta Pendukung Tunggu Hasil KPU

Perwakilan Kasbi meminta dua mahasiswa yang ditangkap Kepolisian untuk dilepas. (Dimas)

"Nah disuruh lepas temen-temen enggak mau, akhirnya dibubarin. Jalankan (terus) balik, kemudian salah satu temen kami, koordinasi dengan KASBI bergabung ke barisan, karena kami kan aksi damai bukan untuk provokasi apa-apa," kata dia.

Menurutnya, karena mendapatkan penolakan, petugas yang melakukan pengamanan May Day tiba-tiba beraksi melakukan kekerasan terhadap teman-temannya.

"Ketika kami jalan masuk ke barisan diambil, sebelumnya di sana sudah ditendang-tendang juga, Videonya ada sih, ditendang-tendang, dijambak-jambak, sebenarnya tinggal pergi, mau gabung di sini sudah mau masuk barisan, ditarik-didorong," ungkapnya.

Anindya mengatakan, para pedemo sengaja memakai masker karena khawatir mendapat persekusi setelah wajahnya difoto dan disebar di media sosial.

"Kita pakai penutup karena apa, takut juga karena banyak kejadian persekusi akhir-akhir ini, jadi ada pengalaman temen sebelum nya di DM (direct messege) sama polisi di Instagram, karena beberapa kali ikut aksi terus upload kelihatan mukanya, terus dikejar sama polisi," imbuhnya.

Baca Juga: Real Count KPU Rabu 17.00 WIB: Digeber Jokowi, Prabowo Semakin di Belakang

Lebih lanjut, Anindya merasa heran dengan adanya upaya represif polisi untuk membubarkan massa yang sedang memperingati May Day. Padahal, kata dia, massa FMN tidak ada yang melakukan provokasi ataupun membawa senjata tajam saat berdemo.

"Lha, ini kan hari buruh, hari buruh internasional gitu lho, saya sih berharap polisi juga baca ya, tapi saya enggak tau mereka punya tingkat literasi atau enggak, ngapain gitu lho, kita ini hari buruh, hari libur nasional, kenapa harus kita dilarang untuk menyampaikan aspirasi," kata dia.

"Kita enggak ngapa-ngapain, mereka mau membuktikan kita mau provokasi, mana kita enggak bawa sajam, kita bikin apa kalau mereka punya bukti, enggak ada gitu lho, kenapa mereka merepresi kami."

Selain mengalami kekerasan, kata Anindya, ada dua anggota FMN Surabaya yang ditangkap polisi saat membubarkan massa yang memperingati May Day.

"Jadi kita belum apa-apa, katanya kita sudah orasi, kita belum orasi malahan dibubarin, yang ditangkap 2 orang, ada bantuan hukum, sama KASBI juga mau ke sana, mau ambil, karena tidak ada salah apa-apa," tandasnya.

Kontributor : Dimas Angga Perkasa

Load More