Scroll untuk membaca artikel
Reza Gunadha
Jum'at, 16 Agustus 2019 | 20:32 WIB
Kondisi Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan Nomor 10, Surabaya, Jawa Timur, yang dikepung massa ormas, Jumat (16/8/2019). Listrik dipadamkan.

SuaraJatim.id - Belasan mahasiswa yang tertahan di dalam asrama mahasiswa Papua, Jalan Kalasan Nomor 10, Kota Surabaya, Jawa Timur, karena dikepung massa ormas mulai kelaparan dan kehausan, Jumat (16/8/2019) malam.

Dorlince Iyowau menuturkan, di dalam asrama terdapat 15 orang yang hingga Jumat malam pukul 20.24 WIB ini tidak bisa keluar karena terkepung.

“Kami ada 15 orang. Saya dan satu lagi perempuan. Sementara 13 lainnya laki-laki. Kami tak ada pasokan makanan atau minuman,” kata Dorlince Iyowau kepada Suara.com via telepon, Jumat malam.

Ia menuturkan, massa ormas masih duduk di jalanan depan asrama dan terus meneriakkan caci maki kepada mereka.

Baca Juga: Mencekam! Pengepung Lempar batu, Listrik Asrama Mahasiswa Papua Dipadamkan

Dorlince mengungkapkan, mahasiswa Papua lain sebenarnya sudah menyiapkan pasokan makanan dan minuman untuk mereka yang tertahan di asrama.

”Tapi kawan-kawan kami yang di luar masih menghitung kekuatan untuk menerobos masuk ke sini. Mereka juga sedang mencari cara untuk bisa memberikan kami makanan serta minum,” kata dia.

Sebelumnya diberitakan, pengepungan tersebut dipicu beredarnya foto bendera Merah Putih dibuang di selokan dekat asrama.

Massa ormas menuding penghuni asrama mahasiswa Papua membuang bendera itu. Tudingan itu dibantah oleh mahasiswa.

“Sejak Jumat sore hingga malam ini kami masih belum bisa bebas. Kami tertahan di dalam asrama karena dikepung. Kami tak tahu apa-apa soal pembuangan bendera itu, bukan kami yang melakukan,” kata Dorlince Iyowau, mahasiswi di dalam asrama kepada Suara.com, Jumat malam sekitar pukul 19.30 WIB.

Baca Juga: Dikepung Ormas, 2 Mahasiswi dan 13 Mahasiswa Papua Tak Bisa Keluar Asrama

”Saya juga bukan penghuni asrama. Saya datang ke sini untuk bermain, tapi Jumat sore sekitar pukul 15.20 WIB, tentara masuk menggebrak pintu, memaki kami dan menuduh kami soal bendera itu,” kata dia.

Tak hanya itu, massa pengepung juga terus melempar batu ke arah asrama. Akibatnya, sejumlah kaca jendela asrama pecah.

”Kami akhirnya mematikan aliran listrik, agar mereka yang melempar batu susah menyasar kami. Ini di dalam asrama gelap sekali, kami hanya memakai senter dari ponsel,” tuturnya.

Dorlince berharap, aparat bisa bertindak adil dan melindungi dirinya dan kawan-kawan. Sebab, beberapa kali mereka mengirimkan delegasi untuk bernegosiasi dengan aparat maupun ormas yang mengepung, tapi ditolak.

”Kami tak tahu apa-apa soal ini, kami berharap massa yang mengepung bisa dibubarkan,” pintanya.

Load More