Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Selasa, 10 September 2019 | 18:23 WIB
Ndalem Pojok, rumah kedua Bung Karno yang terletak di Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri. [Suara.com/Agus H]

SuaraJatim.id - Ndalem Pojok, rumah tua berbentuk limasan di kawasan pedesaan di Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, tidak hanya menyimpan dua pusaka milik Presiden Pertama RI Soekarno. Namun juga, sejumlah kisah penting hidup Sang Proklamator yang dramatis itu.

Di rumah itu, upacara selamatan penggantian nama Bung Karno dari Kusno menjadi Soekarno dilangsungkan. Penggantian nama itu merupakan salah satu syarat bagi kesembuhan Soekarno kecil yang sakit-sakitan, syarat yang diajukan oleh "orang pintar" yang ditemui ibunda Bung Karno di sebuah tempat di Jombang.

Seperti ditulis oleh Cindy Adams dalam Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (1984), Kusno kecil sakit-sakitan hingga namanya harus diganti menjadi Karno, mengambil nama tokoh dalam epik Bharata Yudha, Karna, dan kemudian ditambahkan awalan "Su" atau "Soe" dalam ejaan lama yang berarti "baik".

Kisah yang lebih detail tentang episode itu disampaikan dengan lebih detail oleh Kushartono, cucu tidak langsung dari RM Panji Soemosewojo, pemilik Ndalem Pojok.

Baca Juga: Pusaka Tombak dan Keris Peninggalan Bung Karno Dijamas di Pojok Ndalem

Sewaktu ayah Bung Karno pindah tugas sebagai guru di Jombang, tutur Kushartono, Kusno kecil yang berusia sekitar satu tahun dibawa ke "orang pintar" bernama Raden Mas Mendung di Kecamatan Kabuh, Jombang oleh ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai.

Setiba di tempat penyembuh itu, Bung Karno diantar menemui Mas Mendung oleh kusir delman yang mengantarkan mereka karena Mas Mendung tidak mau menemui perempuan.

Kusno kecil yang sedang sakit parah pun diobati oleh Mas Mendung, dengan pesan untuk orang tuanya bahwa nama Kusno harus diganti nama jika ingin sembuh total. Kondisi Kusno kecil pun membaik, dan Ida Ayu menceritakan pesan "orang pintar" itu kepada suaminya, RM Soekemi Sosrodiharjo.

Mengajak Kusno kecil, Ida Ayu dan Soekemi pergi ke Desa Pojok guna menemui Mas Mendung, orang pintar tersebut. Ketika akhirnya Soekemi dan Mas Mendung bertatap muka, keduanya berpelukan karena ternyata mereka masih memiliki hubungan kekerabatan. Mas Mendung ternyata adalah nama samaran dari RM Panji Soemosewojo yang ibunya masih merupakan kerabat dari ayah Soekemi, kakek Bung Karno.

"Suasana menjadi cair dan Eyang Soemosewojo lantas mengajukan syarat lain yaitu mengambil Bung Karno sebagai anak angkatnya," ujar Kushartono.

Baca Juga: Penjual Koran Tua Ini Mengaku Pernah Menjadi Pengawal Bung Karno

Bung Karno dan kedua orang tuanya tinggal di rumah Soemosewojo, selama waktu yang dibutuhkan untuk pengobatan untuk Bung Karno.

Kushartono di teras depan Ndalem Pojok, rumah kedua Bung Karno yang terletak di Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri. [Suara.com/Agus H]

Dan sejak itu, Ndalem Pojok menjadi rumah kedua bagi Bung Karno. Pun ketika Bung Karno pindah sekolah ke HBS di Surabaya tahun 1915, kerap meluangkan waktu mampir ke Ndalem Pojok dalam perjalanan pulang ke Blitar.

"Di rumah ini, Bung Karno remaja bahkan sering ngobrol dan berdiskusi dengan tokoh-tokoh Syarikat Islam (SI) seperti Alimin dan Musso," tutur Kushartono.

Menurut Kus, di rumah itu, di bawah bimbingan Soemosewojo, Bung Karno memperdalam kemampuan berpidato yang banyak dia dapatkan dari HOS Tjokroaminoto di Surabaya. Soemosewojo sendiri adalah ketua SI Kediri.

Ndalem Pojok juga menjadi saksi ketika Bung Karno jatuh cinta kepada perempuan bersuami yang kelak menjadi istrinya yang kedua, Inggit Garnasih, yang tidak lain adalah ibu kos tempat Bung Karno tinggal selama kuliah di ITB.

Kedua orang tua Bung Karno berang dan tidak setuju jika dia berniat menikahi Inggit dan menceraikan Oetari. Apalagi Oetari adalah anak Tjokroaminoto yang juga sahabat Soekemi. Tapi Bung Karno tidak bisa ditahan.

"Bung Karno pulang ke Ndalem Pojok, curhat kepada ayah angkatnya Eyang Soemosewojo tentang keinginannya menikahi ibu Inggit," ujar Kus.

Soemosewojo yang dikisahkan sangat sayang ke Bung Karno akhirnya berangkat ke Bandung dan menjadi wali pernikahan Bung Karno dengan Inggit. Soemosewojo juga yang meluluhkan hati kedua orang tua Bung Karno untuk memaafkan pernikahan kedua Bung Karno tersebut.

Tahun 2015, Yayasan Bung Karno yang diketuai oleh Guntur Soekarnoputra menetapkan Ndalem Pojok sebagai situs Persada Soekarno, istilah untuk menyebut tempat-tempat bersejarah dalam hidup Bung Karno. Pun kemudian pada 2018, Pemda Kabupaten Kediri menetapkan Ndalem Pojok sebagai situs Cagar Budaya.

Kontributor : Agus H

Load More