Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Rabu, 29 Januari 2020 | 15:15 WIB
Anik Ismawati terlihat lemah di petakan kontrakannya yang berada di Kawasan Kenjeran Kota Surabaya. [Suara.com/Dimas Angga P]

SuaraJatim.id - Berjuang melawan penyakit kanker payudara stadium 4 di tengah kemiskinan, mungkin tak terbayangkan oleh Anik Ismawati (37), seorang ibu yang memiliki empat anak. Mirisnya, kehidupan anak-anak Anik bertumpu pada bantuan dari tetangga yang tinggal di sekitar kontrakannya.

Keseharian Anik pun kini hanya dirawat oleh anak-anaknya. Meski memiliki empat buah hati, Anik hanya bisa mengandalkan anak sulungnya Galuh Ramadhan (20) yang kini bekerja membanting tulang hanya untuk biaya pengobatan.

"Untuk makan biasanya dikasih tetangga. Kalau susu untuk adik saya beli sendiri, dan kemo(terapi) dibantu oleh KIS," kata Galuh saat ditemui di rumah kontrakannya Jalan Sidotopo Wetan Gang 4 Nomor 31 Kelurahan Sidotopo, Kecamatan Kenjeran Surabaya pada Kamis (29/1/2020).

Dalam petak kontrakan berukuran 3x5 meter, Galuh dengan tiga adiknya yang masih kecil dan ibunya tinggal berdesakan.

Baca Juga: Terbengkalai, Puluhan Penghuni Miskin Huntap Dugo Terancam Tak Punya Rumah

"Yang satunya masih SMP, yang dua itu yang kecil-kecil. Untuk merawat mama ya gantian sama adik saya yang SMP," katanya.

Anik menceritakan, selama dua tahun terakhir hanya bisa berbaring lemah di atas kasur karena kanker payudara yang dideritanya sejak tiga tahun silam kian menyebar. Dia mengemukakan, selama ini telah menjalani beberapa kali kemoterapi hingga akhirnya tubuhnya layu.

"Sakit sudah tiga tahun lamanya, kemo tujuh kali. (Saat) kemo yang ketujuh langsung lumpuh total," ujarnya sambil tidur di kamarnya.

Meski telah menjalani kemoterapi hingga tujuh kali, Anik mengaku kerap merasakan seperti nyeri di beberapa bagian tubuh yang digerogoti kanker. Mulai dari bagian payudaranya, tulang hingga kepala.

"Saya nangis ngejer dan ngeliat, saya tanya (ke dokter) apakah saya bisa sembuh? Tahun 2018 tahu stadium 2. Saya enggak menyangka bisa sampai stadium 4. Saya penasaran, apa salah makan? Nangis terus saya. Saya enggak kuat, cekot-cekot (nyeri) di payudara, tulang sampai otak. Mata sebelah kiri rabu, kaki dua-duanya lumpuh. Saya cuman bisa minta kesembuhan sama Tuhan. Saya bilang ke dokter kepengin sembuh."

Baca Juga: Kisah Orang Miskin Bekasi, Acim Tidur di Gubuk, Makan Rp 80 Ribu 3 Hari

Galuh mengaku baru mengetahui sang ibu mengidap penyakit kanker saat memeriksakan dirinya ke dokter. Kala itu, Galuh bersama sang ibu menemui dokter untuk pemeriksaan, lantaran mengetahui adanya benjolan. Keduanya terkejut saat mengetahui benjolan tersebut merupakan tanda kanker payudara stadium 2.

Load More