"Stirofoam itu kan dibuang, tersedia banyak, terus nggak laku. Bahannya dikasih teman, sampai sekarang belum pernah beli," katanya.
Dia mengatakan beberapa kawan membahas daur ulang sampah di Facebook yang membuatnya ingin mencoba. Sepuluh bulan lalu, dibantu tutorial YouTube, dirinya memunguti lagi styrofoam yang telah dibuang dan mengolahnya.
Styrofoam diblender atau diparut, lalu dicampur semen dengan perbandingan 1:1 dan dicetak untuk dikeringkan dalam semalam. Sementara kain kaus dan handuk dicampur adonan semen dan dibentuk pot yang akan kaku setelah kering.
"Mereka lebih suka memberikan stirofoam ke saya daripada membuat sendiri. Siapa yang mau kotor-kotor dan enggak telaten ya," katanya.
Laporan Bank Dunia dalam Hotspot Sampah Laut Indonesia pada Tahun 2018, membagi sampah laut Indonesia dalam tujuh kelompok. Sampah popok masuk dalam kelompok sampah plastik yang mencakup beragam materi polimer sintetis.
Laporan itu juga menyebutkan lima negara di Asia Timur menyumbang lebih dari 50 persen sampah plastik di lautan. Penyumbang terbesar meningkatnya krisis pencemaran plastik di lautan itu berurutan dari yang terbanyak, China, Indonesia, Vietnam, Filipina, dan Thailand.
Indonesia berada di posisi kedua, diperkirakan menurunkan 0,48 hingga 1,29 juta ton metrik sampah plastik per tahun. Studi Bank Dunia What a Waste pada Tahun 2012, mengansumsikan banyak sampah plastik di Indonesia sebanyak 12 persen dari jumlah seluruh sampah negeri ini.
Hasil pengambilan sampel sampah di aliran air kota-kota besar di Indonesia menunjukkan 21 persen berupa popok, 16 persen kresek, 5 persen kemasan plastik, 1 persen botol plastik, 4 persen gelas dan logam, 9 persen plastik lain serta 44 persen organik.
"Temuan lain yang menarik adalah timbulan popok sekali pakai yang signifikan dalam sampel sampah yang diambil," tertulis dalam laporan tersebut.
Baca Juga: Pabrik Daur Ulang Sampah Popok Bakal Dibangun di Jawa Timur
Masih dari Hotspot Sampah Laut Indonesia, tercatat ada lima pusaran bentang sampah mengambang di lautan dunia. Lima dataran mengambang seberat 150 juta ton itu diperkirakan meningkat menjadi 250 juta ton bila tren urbanisasi, produksi dan konsumsi yang ada tidak diubah.
Kontributor : Ahmad Su'udi
Berita Terkait
-
Pabrik Daur Ulang Sampah Popok Bakal Dibangun di Jawa Timur
-
Tinjauan Umum Daur Ulang Logam, Pentingnya, dan Proses Daur Ulang
-
Jadi Tas atau Baju, Ini Pemanfaatan Daur Ulang Kemasan Plastik di Indonesia
-
Angkut 100 Ton Sampah Plastik, Ibu Ini Daur Ulang Jadi Tas Tangan Cantik
-
Dorong Program Daur Ulang, Seniman di AS Ubah Wajah Truk Sampah
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
Terbukti! Dapat Saldo DANA Gratis Langsung Cair! Cek 3 Link Kaget Hari Ini
-
Jembatan Kutorejo Nganjuk Siap Dibuka! Kapan Warga Bisa Melintas?
-
Rejeki Nempel! Cek 5 Link ShopeePay Gratis Akhir Pekan Ini, Siapa Cepat Dia Dapat
-
BRI dan UMKM Desa Wujudkan Ekonomi Inklusif Lewat Desa BRILiaN
-
Ramalan Master Ong: 8 Shio Ini Bakal Banjir Cuan Mendadak di Akhir Tahun 2025, Kamu Termasuk?