Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Senin, 20 April 2020 | 22:53 WIB
Santriwati menuju ke dalam bus saat pemulangan santri di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, Sabtu (28/3). [ANTARA FOTO/Syaiful Arif]

"Jadi dr Kohar (Ketua Rumpun Tracing Gugus Tugas Jatim) jam 20.00 WIB mau sampai. Kita akan menyiapkan dan sudah menunggu. Kemudian malam ini sebagaian teman sudah rapat di Temboro untuk melakukan tracing, kami sudah siapkan," katanya.

Tapi, Prawoto sudah menyiapkan pemulangan bagi santri asal Malaysia yang masih berada di pondok. Komunikasi terus dilakukan untuk koordinasi dengan kedutaan dari Malaysia.

"Sampai malam ini, beliau minta daftar lengkap dan alamat. Kami mengusulkan bahwa nanti semua yang dari Malaysia berisiko tinggi akan dilakukan rapid test, kalau negatif baru boleh pulang, kalau positif tidak boleh pulang menunggu sembuh," ujarnya.

Suprawoto menceritakan, sebelum diketahuinya 43 santri asal Malaysia itu positif, pihak Pemkab Magetan sudah melakukan pengecekan di wilayah pesantren. Namun, pengecekan hanya sebatas tensi dan suhu tubuh saja, tak disertai dengan rapid test.

Baca Juga: Belum Setahun, Harga Suzuki Jimny Sudah Naik Rp 47 Juta

"Hanya tensi dan suhu tubuh saja, rapid test tidak memungkinkan karena dalam hal ini sangat terbatas alatnya," bebernya.

Karena banyaknya santri di pesantren tersebut, Suprawoto akhirnya mengambil tindakan berupa karantina wilayah Temboro Karas, Magetan.

"Temboro kami nyatakan merah. Ada 120 kepala keluarga di sana. Jalan kita tutup untuk pemberlakuan physical distancing ketat. Tidak boleh orang keluar masuk. Semua kebutuhan kami cukupi," pungkasnya.

Load More