Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Senin, 04 Mei 2020 | 15:52 WIB
Aktivitas jual beli telur ayam di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Sabtu (14/7/2018). [Suara.com/Oke Atmaja]

SuaraJatim.id - Pemberlakuan PSBB di Jakarta dan sejumlah kota besar di Indonesia berdampak pada harga jual telur. Sempat berada pada harga jual terendah yakni 10 ribu hingga 11 ribu rupiah per kilogram pada Jumat (1/5/2020) lalu, peternak ayam petelur Blitar menyurati empat menteri.

Empat Menteri yang disurati peternak ialah Menko bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Pertanian dan Menteri Sosial. Dalam suratnya, peternak meminta agar pemerintah menggunakan telur sebagai salah satu bantuan yang diberikan pada warga terdampak covid-19.

Selain itu adanya permintaan Satgas Pangan untuk mengawasi telur tetas baik pedaging maupun layer tidak merembes ke masyarakat. Hal ini agar harga telur peternak mandiri relatif stabil.

"Kesimpulan kami yang bisa membantu pemerintah. Melalui apa? Melalui bansos. Uangnya ada, tinggal kebijakan. Oleh karena itu kami menyurati Kementerian agar bansos yang di daerah itu hendaknya menggunakan telur juga. Kalau dijual ke pedagang ndak bisa karena tutup. Pasar tutup. Beli online juga terbatas," kata Ketua Koperasi Peternak Unggas Sejahtera (Putera) Blitar Raya, Sukarman ketika dihubungi, Senin (4/5/2020).

Baca Juga: Berumur 1.700 Tahun, Telur Ayam Ini Mulai Mengeluarkan Bau Busuk

Selama ini, lanjut Sukarman, penjualan telur di Blitar dilakukan ke Jakarta, Bandung, Surabaya serta sejumlah daerah lain di Indonesia. Pemberlakuan PSBB, menjadikan tingkat permintaan telur anjlok dan berimbas pada rendahnya harga jual.

Bila pemerintah mengambil kebijakan menyertakan telur dalam bansos ke warga terdampak covid-19, maka harga telur ditingkat peternak relatif stabil.

"Misalnya sekilo (kilogram) saja diikutkan dalam bansos, ya paling nggak bisa stabil. Ya nggak harus mahal-mahal, tapi minimal stabil. Sebenarnya ndak harus dari Blitar, dari daerah lain pun kalau misalnya bisa masuk kan terbuka toh pasarnya," ujar Sukarman.

Meski saat ini harga sudah kembali ke posisi 18 ribu rupiah per kilogram ditingkat peternak. Harga ini adalah harga BEP untuk satu kilogram telur artinya peternak hanya balik modal.

Belum lagi adanya informasi di kalangan peternak, telur breeding dari pabrikan juga dijual untuk konsumsi. Bila hal ini benar, maka peternak ayam bisa terancam. Anjloknya harga telur bukan tidak mungkin berpotensi kembali terjadi.

Baca Juga: Miris, Partikel Sampah Plastik Ditemukan dalam Telur Ayam di Jawa Timur

Menurut Sukarman, penjualan telur breeding atau telur tetas ayam pedaging dan petelur untuk konsumsi dipicu rendahnya harga jual daging serta permintaan DOC ayam petelur yang terus merosot dan diprediksi hingga Idul Fitri mendatang. Bila ini dibiarkan, peternak ayam mandiri di Indonesia terancam gulung tikar.

Load More