Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Rabu, 10 Juni 2020 | 19:01 WIB
Pemimpin Ponpes Nurul Ulum Kabupaten Blitar KH Agus Muadzin. [Suara.com/Farian]

SuaraJatim.id - Tak hanya menyoal gedung bangunan, persiapan menyambut New Normal juga dilakukan Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Ulum Kabupaten Blitar hingga ke menu santap para santri. Ponpes Nurul Ulum tak ingin santrinya mengonsumsi makanan mengandung MSG.

Caranya, 24 warga yang bekerjasama menyediakan camilan untuk santri telah membuat MoU dengan pondok yang isinya berupa perjanjian memasak makanan tanpa MSG. Bahkan, dalam satu diktumnya menyebut warga siap dipidanakan jika diketahui membubuhkan MSG di camilan para santri.

"Jadi kami benar-benar menyiapkan agar santri bisa fit dan imunnya terjaga. Camilannya murni diramu dengan empon-empon. Untuk sarapan dan makanan, kami juga memasak dengan sayur yang segar dan tanpa MSG. Micin itu lho mas. Dan itu disiapkan pagi dan sore. Jadi makanan itu masih anget gitu lho mas," kata pemimpin Ponpes Nurul Ulum KH Agus Muadzin saat ditemui Suara.com pada Rabu (10/6/2020).

Lalu bagaimana dengan kedatangan para santri?

Baca Juga: Jelang Era New Normal Ponpes Nurul Ulum Blitar Siapkan Gedung Baru

Pria berusia 51 tahun itu menjelaskan tiap santri harus dikarantina di rumah masing-masing selama 14 hari. Hal itu dikuatkan dengan surat pernyataan yang dibuat santri dan diketahui Wali santri serta ketua RT. Surat itu lalu diserahkan ke pondok.

Setelah menyerahkan surat pernyataan, santri tak langsung bisa masuk pondok. Mereka masih harus melewati karantina di gedung khusus selama dua puluh hari. Setelah sehat baru diperbolehkan masuk.

Tak hanya itu, demi menjaga jarak, ruang kelas yang ada nantinya juga akan dimanfaatkan untuk tempat tidur santri. Jaraknya sekitar 1,5 meter tiap santri.

Jika ada santri yang tak sehat, maka akan dilakukan karantina melalui kerjasama dengan pihak medis. Hal ini juga berlaku untuk para ustaz dan ustazah pondok. Untuk mempersiapkan semuanya, pihaknya mengeluarkan anggaranlebih dari Rp 100 juta.

"Anggaran kami dari iuran para wali santri dan donatur. Namun selama pondok pesantren masih mampu, kami tidak akan meminta tambahan. Selain iuran, juga ada infaq. Kami gunakan itu juga membantu santri yang mohon maaf, kurang mampu," jelasnya.

Baca Juga: Ponpes di Zona Kuning dan Hijau Dibolehkan Beroperasi Dengan Protokol Covid

Agus menambahkan, pembelajaran ditengah pandemi ini juga berdampak pada budaya di dalam pondok. Santri yang biasanya bisa makan bersama dalam satu piring, untuk sementara ditiadakan. Padahal salah satu pembelajaran yang bisa dipetik di lingkup ponpes ialah kebersamaan.

Load More