SuaraJatim.id - Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Minnesota di Amerika Serikat, obat antimalaria--hidroksiklorokuin tidak efektif digunakan oleh pasien Covid-19 dengan gejala ringan.
Terungkap, 24 persen pasien yang diberi hidroksiklorokuin dalam penelitian tersebut memiliki gejala yang bertahan selama 14 hari, sementara sekitar 30 persen dari kelompok yang diberi pil plasebo (obat kosong) memiliki gejala terus-menerus selama periode yang sama.
Kesimpulannya, perbedaannya tidak signifikan secara statistik, kata para peneliti.
"Hidroksiklorokuin tidak secara substansial mengurangi keparahan gejala atau prevalensi dari waktu ke waktu pada orang yang tidak dirawat di rumah sakit dengan Covid-19," tulis peneliti pada artikel yang akan diterbitkan jurnal Annals of Internal Medicine.
Baca Juga: WHO Setop Uji Klinis Hidroksiklorokuin dan Lopinavir untuk Obat Covid-19
Meskipun hasil tersebut bukan titik akhir penelitian, ada lima orang yang diberi obat hydroxychloroquine atau hidroksiklorokuin dirawat di rumah sakit akhirnya meninggal dunia karena COVID-19. Sementara itu, ada delapan orang yang meninggal dunia yang masuk kategori diberi pil plasebo.
"Studi ini memberikan bukti kuat bahwa hidroksiklorokuin tidak memberikan manfaat pada pasien dengan gejala Covid-19 ringan," kata Dr. Neil Schluger dari New York Medical College dalam komentar pada studi tersebut.
Pada Maret, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa hidroksiklorokuin yang digunakan dalam kombinasi dengan antibiotik azithromycin memiliki "peluang nyata untuk menjadi salah satu penemuan terbesar dalam sejarah kedokteran".
Trump kemudian mengatakan dia meminum obat tersebut sebagai tindakan pencegahan setelah dua orang yang bekerja di Gedung Putih didiagnosis mengidap Covid-19.
Tetapi, beberapa penelitian terkontrol plasebo menunjukkan obat itu tidak efektif untuk mengobati atau mencegah Covid-19.
Baca Juga: Hidroksiklorokuin Kembali Disebut Bisa Selamatkan Pasien Covid-19
"Ada semakin banyak data yang terakumulasi bahwa hydroxychloroquine, tidak benar-benar memiliki efek apa pun," kata Dr. David Boulware, peneliti senior uji coba di Universitas Minnesota.
"Kebanyakan orang yang sadar sudah tidak menggunakan hidroksiklorokuin untuk pengobatan dan mereka menggunakan terapi lain," kata dia.
Berita Terkait
-
Sebut WHO Rancang Pandemi Baru, Epidemiolog UI Tepis Ucapan Dharma Pongrekun: Itu Omong Kosong
-
Negara Kaya Wajib Bantu Negara Berkembang? Ini Tuntutan AHF di WHO Pandemic Agreement
-
Kartu Prakerja Catat Prestasi Signifikan Hingga Dapat Puja-puji Dunia
-
Dharma Pongrekun Sebut Penyebab Tanah Abang Sepi Akibat Pandemi Covid-19
-
Kawal Masyarakat Indonesia Selama Pandemi Covid-19, 10 Tahun Jokowi Catat Kemajuan Pesat Bidang Telemedicine
Terpopuler
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Eliano Reijnders Ungkap Rencana Masa Depannya, Berniat Susul Tijjani Reijnders
- Seharga Raize tapi Mesin Sekelas Innova: Yuk Simak Pesona Toyota Frontlander
- Crazy Rich Kalimantan, Begini Mewah dan Mahalnya Kado Istri Haji Isam untuk Ulang Tahun Azura
- Bayern Munchen Pampang Foto Nathan Tjoe-A-On, Pindah ke Bundesliga Jerman?
Pilihan
-
Viral Pertamax Dituding Jadi Biang Rusaknya Fuel Pump Mobil, ITB Sampai Dipanggil
-
MR.DIY Mau Melantai Bursa di BEI, Ini Harga Saham dan Jadwal IPO
-
Diskusi OIKN dan BPK RI: Pembangunan IKN Harus Berlanjut dengan Tata Kelola yang Baik
-
1.266 Personel Diterjunkan, Polres Bontang Pastikan Keamanan di 277 TPS
-
Masa Tenang, Tim Gabungan Samarinda Fokus Bersihkan Alat Peraga Kampanye
Terkini
-
Geger! Diduga Paslon Pilwali Kota Blitar Diduga Bagi-bagi Uang dan Sembako
-
Ambles, Rumah di Ponorogo Terperosok dalam Lubang 5 Meter
-
Fraksi di DPRD Jatim Minta Pemprov Bagi Adil Sekolah Negeri dan Swasta
-
Posisi Terbaru Persebaya di Klasemen Usai Kalahkan Persija: Kembali Rasakan Puncak
-
Jauh Terpencil, Kampung di Banyuwangi Ini Sempat Bertahun-tahun Kesulitan Listrik