Scroll untuk membaca artikel
Bimo Aria Fundrika
Sabtu, 01 Agustus 2020 | 19:15 WIB
Hanindhito Himawan Pramono. (Suara.com/Usman Hadi)

SuaraJatim.id - Anak Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Hanindhito Himawan Pramono, yang maju sebagai bakal calon bupati di Pilkada Kabupaten Kediri 2020 menjawab soal tudingan politik dinasti yang mengarah padanya.

Menurut Dhito, sapaan Hanindhito, politik dinasti merupakan takdirnya yang terlahir sebagai seorang pejabat publik. Ia pun tak terlalu menghiraukan suara sumbang mengenai dinasti politik yang diarahkan padanya.

"Dinasti politik itu adalah hal, sebuah hal yang menjadi takdir saya," ujar Dhito saat ditemui SuaraJatim.id usai rakercabsus di Kantor DPC PDI Perjuangan Kabupaten Kediri, Sabtu (1/8/2020).

Hanindhito Himawan Pramono, putra Seskab Pramono Anung, resmi maju dalam Pilbup Kediri. [Suara.com/Usman Hadi]

Menurut Dhito, menjadi seorang anak pejabat publik serba dilematis. Jika dirinya berbuat salah, maka masyarakat akan ramai-ramai mencibirnya. Demikian pula bila berniat berbuat baik, pasti ada yang curiga.

Baca Juga: Soal Politik Dinasti, Hasto Samakan Jokowi dengan Keluarga George Bush

"Kalau saya berbuat baik dan melakukan hal yang benar, orang juga akan hanya mengatakan 'ya jelas saja kamu melakukan itu, karena kamu adalah anaknya seorang Pramono Anung'," ungkap Dhito.

Untuk itu, Dhito tak lagi menghiraukan suara-suara sumbang yang mencibir pencalonannya di Pilkada Kabupaten Kediri. Dhito mengaku hanya ingin membangun daerah asal ayahnya itu.

"Jadi saya tidak terlalu menghiraukan itu (tudingan politik dinasti). Saya lebih fokus turun ke bawah menyerap aspirasi dan berdiskusi bersama masyarakat," kata anak sulung Pramono Anung tersebut.

Pengamat politik Universitas Brawijaya, Tri Hendra Wahyudi menjelaskan dinasti politik bisa bisa dilihat dari dua sudut. Pertama dinasti politik yang ditopang kapabilitas, kedua dinasti politik berdasarkan trah.

Jika dinasti politik itu ditopang kapabilitas, lanjut Hendra, maka tak masalah apabila yang bersangkutan maju di Pilkada. Namun bila dinasti politik itu hanya berdasarkan trah, hal itu yang menjadi masalah.

Baca Juga: Soal Politik Dinasti Jokowi, PDIP: Gibran Tak Bisa Memilih Lahir Darimana

"Nah, di Indonesia celakanya dinasti politik itu biasanya tidak didukung oleh kapasitas politik yang memadai, sehingga itu menjadi citra yang buruk," tutur Hendra.

Sementara terkait fenomena anak pejabat yang ramai-ramai mencalonkan diri di Pilkada serentak 2020 seperti Dhito, Gibran Rakabuming Raka, dan Bobby, menurut Hendra hal itu kurang bagus untuk demokrasi.

"Secara ekonomi mungkin mereka pengusaha, mungkin mereka pelajar yang berprestasi. Tapi mereka kan belum punya track record yang mumpuni dalam bidang politik," ulas pengajar studi ilmu politik ini.

"Bagi saya ini memang menjadi kekhawatiran kita, bahwa pencalonan tiga orang itu memang ada indikasi karena mereka punya hubungan darah dengan tokoh penting, entah bapaknya, entah mertuanya," lanjutnya.

Seperti diketahui, berpasangan dengan Dewi Maria Ulfa selaku bacawabup, Dhito sudah mengantongi rekomendasi dari enam parpol. Pasangan Dhito-Dewi berpotensi menjadi calon tunggal di Pilkada Kabupaten Kediri.

Kontributor : Usman Hadi

Load More