Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Jum'at, 19 Februari 2021 | 17:28 WIB
Lokasi Rumah Makan Gratis di Jalan Anjasmoro, Kota Blitar, Jawa Timur [Foto: Timesindonesia]

SuaraJatim.id - Dampak pandemi Covid-19 ini harus diakui membuat kehidupan masyarakat bawah kian sulit. Hal ini menjadi motivasi relawan di kedai Rumah Makan Gratis, Kota Blitar, Jawa Timur.

Untuk membantu dan meringankan beban hidup para pekerja informal, seperti tukang becak, juru parkir, pengamen dan warga kurang mampu lainnya, rumah makan ini akhirnya didirikan.

Rumah Makan Gratis tersebut berada di sebuah kios berlokasi di Jalan Anjasmoro Nomor 33, Kelurahan Kepanjen Lor, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar.

Didin Andriani, salah satu relawan mengatakan Konsep Rumah Makan Gratis berangkat dari survei kecil-kecilan tiga bulan lalu. Responden survei masyarakat perekonomian menengah ke bawah.

Baca Juga: Pembacok Tiga Gadis Blitar Hobinya Nonton Film Kekerasan Dan Siksa Binatang

Pertanyaan sederhana disampaikan, salah satunya seberapa besar dampak pandemi terhadap penghasilan masyarakat tersebut.

"Saat itu paling banyak saya lakukan survei kepada tukang becak yang sedang mangkal di pinggiran jalan," katanya, seperti disadur dari timesindonesia.co.id, jejaring media suara.com, Jumat (19/2/2021).

Andriani mengatakan, hasil survei yang dilakukannya membuktikan bahwa para tukang becak mengeluh soal tidak ada pendapatan. Bahkan tidak jarang mereka harus menahan lapar karena tidak punya uang untuk sarapan ataupun makan siang.

Melihat kondisi tersebut, hati Andriani terketuk untuk meringankan beban hidup tukang becak. Kemudian dia bersama komunitas yang ada di Blitar, mulai dari komunitas pecinta alam, pegiat lingkungan, komunitas sepeda dan juga komunitas camp Anti Riba mendirikan Rumah Makan Gratis.

"Rumah Makan Gratis ini mulai buka sekitar tanggal 12 Februari kemarin. Alhamdulilah, dengan waktu singkat ini dapat menghasilkan gerakan yang baik dan bermanfaat bagi banyak orang," katanya.

Baca Juga: Heboh Jual Kafe Bonus Istri di Blitar, Harganya Rp 2,9 Miliar

Andriani menyebutkan, sekitar 60 hingga 70 orang mengunjungi Rumah Makan Gratis setiap hari. Pihaknya menghabiskan 7 kilogram beras untuk dimasak di rumah makan tersebut. Dia menegaskan, siapapun boleh datang dan makan tanpa membayar di Rumah Makan Gratis.

Pihaknya juga mempersilakan masyarakat umum untuk turut serta menyumbang seikhlasnya, bisa berupa uang maupun makanan siap saji.

"Kami punya jargon, siapapun boleh makan, siapapun boleh sedekah. Artinya memang Rumah Makan Gratis ini kami harap menjadi ladang untuk bersedekah dan berbagi dengan sesama," ujarnya.

Lebih lanjut, perempuan 42 tahun itu mengemukakan. Para relawan sempat khawatir kehabisan persediaan bahan baku makanan. Oleh sebab itu, ia menjelaskan, relawan memanfaatkan grup WhatsApp sebagai media berbagi informasi terkait Rumah Makan Gratis.

Menurutnya, jika persediaan bahan makanan mulai menipis maka relawan akan segera berbagi informasi. Seketika itu juga akan banyak respon sehingga persediaan bahan makanan bisa dikondisikan dengan baik.

"Ya macam-macam, ada yang menyumbang berupa sayur lodeh, lauk pauk, atau beras dan sembako. Ada juga uang," kata Andriani.

Rumah Makan Gratis buka mulai pukul 09.00 WIB sampai 14.00 WIB. Namun, Andriani katakan, makanan yang disiapkan selalu habis sebelum pukul 14.00 WIB. Ditegaskannya, pengunjung Rumah Makan Gratis hanya boleh makan di tempat, tidak boleh dibungkus.

"Kami berharap, Rumah Makan Gratis dapat terus berjalan, serta mampu menjadi inspirasi bagi orang lain agar saling berbagi meski di tengah Pandemi Covid-19," ulasnya.

Load More