SuaraJatim.id - Bayi mungil dan lucu dibuang orangtuanya di Masjid An-Nur, Desa Kutukulon, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Jumat (19/02/2021). Bayi tak jelas asal usulnya ini kemudian diberinama Nur.
Bayi Nur kemudian diserahkan kepada dinas sosial (Dinsos) setempat untuk dirawat. Nama Nur ini merupakan pemberian dinas sosial yang disesuaikan dengan nama masjid di mana ia ditemukan.
Kondisi bayi sekarang baik-baik saja dirawat di Dinsos. Bahkan sejak ditemukan lalu, sampai sekarang sudah ada puluhan orang mengajukan diri untuk mengadopsi bayi tersebut.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Ponorogo Supriyadi. Sedikitnya ada 14 orang sudah menghubunginya untuk meminta kejelasan bagaimana proses adopsi Nur.
Baca Juga: Duhh! Harga Cabai Rawit Sekilo di Ponorogo Setara Harga Daging Sapi
"Ada 14 orang yang sudah tanya-tanya untuk mengadopsi Nur, ya ada yang ke kantor langsung, juga ada yang lewat handphone," kata Supriyadi, seperti dikutip dari beritajatim.com, jejaring media suara.com, Selasa (23/2/2021).
Bahkan, kata Supriyadi yang ingin mengadopsi Nur itu, juga berasal dari luar Kabupaten Ponorogo. Namun, menurutnya opsi adopsi ini masih panjang. Pengadopsian bisa diproses bila kepolisian sudah membuat kesimpulan akhir, ketika pelaku pembuangan atau orangtua bayi tersebut tidak bisa ditemukan.
"Kalau kepolisian bisa mengungkap ya diserahkan ke keluarganya, kalau tidak mereka membuat kesimpulan akhir ketika tidak ditemukan pelaku maupun orangtua bayi tersebut," katanya.
Nantinya, proses adopsi tersebut bukan dilakukan di Dinsos P3A Ponorogo. Pasalnya, jika kesehatan bayi Nur ini sudah stabil, akan dititipkan ke panti sosial anak dan bayi (PSAB) di Sidoarjo. Sehingga kepengurusan adopsi nantinya dengan PSAB di Sidoarjo.
Ada banyak faktor seseorang diperbolehkan untuk mengadopsi anak. Usia pernikahan menjadi pertimbangan utama. Usia nikah minimal 5 tahun untuk bisa mengajukan. Selain itu juga usia pasangan calon pengadopsi. Faktor ekonomi dan faktor kesehatan. Selain psikologinya, faktor kesehatan ini pernyataan medis jika pasangan ini sulit mendapatkan keturunan.
Baca Juga: Gegerkan Pekanbaru, Bayi Masih Bertali Pusar Ditemukan Terbungkus Kain
"Orang yang mempunyai keturunan ya bisa mengajukan adopsi anak, tetapi diutamakan pasangan yang tidak bisa memiliki keturunan," ungkap Supriyadi.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Belajar dari Kasus di Ponorogo, Kenali Tanda-tanda Keracunan Makanan Sejak Dini
-
Reog Ponorogo Masuk Daftar UNESCO, Lindungi Budaya Indonesia dari Klaim Asing!
-
Siapa KH Hasan Besari? Tokoh Agama Ponorogo Disebut-sebut Leluhur Gus Miftah
-
Bangga! Kebaya Diakui UNESCO Jadi Warisan Dunia dari Indonesia
-
Jadwal Gus Iqdam Oktober 2024: Samarinda, Solo, Tenggalek, Kediri, Ponorogo Hingga Lamongan
Terpopuler
- Ungkap Alasan Dukung Pemakzulan Gibran, Eks KSAL: Dia Enggak Masuk, Saya Ingin yang Terbaik!
- Mutasi Anak Try Sutrisno Batal Usai Dikaitkan Isu Pemakzulan, Purnawirawan Minta Panglima TNI Cermat
- 5 Rekomendasi Motor Bekas Murah Rp3 Jutaan untuk Pekerja Keras: Pilih yang Irit atau yang Ngebut?
- Selamat Tinggal Ole Romeny dan Marselino Ferdinan, Bos Oxford Kasih Isyarat
- Pemain Asing PSM Makassar: Sepak Bola Indonesia Hanya Cocok untuk Cari Uang, Bukan Main Serius
Pilihan
-
Sejarah Baru! Penjualan Mobil Listrik Kalahkan Mobil Hybrid di Kuartal I 2025
-
Bertemu Presiden FIFA di Vatikan, Jokowi Curhat Kondisi Sepak Bola Indonesia
-
Garuda Indonesia Tak Kuat Bayar Biaya Perawatan Pesawat, Erick Thohir Mau Panggil Wamildan Tsani
-
Persib Bandung Terancam Gagal Juara BRI Liga 1 2024/2025 Gara-gara Persebaya, Begini Hitungannya
-
Jual Data Demi Uang: Warga Bekasi Antre Pindai Retina di Worldcoin
Terkini
-
Kebakaran Hanguskan Rumah di Belakang Pasar Dlanggu, Akses Sulit Hambat Pemadaman
-
Serang Polisi dengan Bondet, Nasib Pencuri Mobil di Pasuruan Berakhir Tragis
-
Strategi BRI: Terus Memperkuat Sinergi Ekosistem dan Inovasi Digital
-
Daftar Link DANA Kaget Senin: Belanjakan Minyak Goreng di Alfamart, Ada Promo
-
IPPA Fest 2025: BRI Buktikan Warga Binaan Juga Bisa Jadi Penggerak Ekonomi