Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Jum'at, 16 April 2021 | 08:55 WIB
Ilustrasi puasa - (Pixabay/surgull01)

Artinya orang yang melaksanakan puasa dengan model ini, yakni berpuasa hanya sekadar memenuhi persyaratan dalam ibadah ini yaitu menahan lapar, haus, dan bersetubuh suami istri di siang hari. Mereka tetap mendapatkan balasan pahala, namun hanya sedikit.

Sehingga umat Islam harus senantiasa menjaga puasa mereka agar tidak hanya sekadar menjalankan rutinitas semata, atau sekadar menggugurkan kewajiban. Seperti Sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam; ‘Begitu banyak orang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga belaka’.

2. Shaum al-Khusus (Puasa Khusus)

Model ini puasa tidak hanya sekadar menahan diri dari makan, minum dan bersenggama. Namun juga menahan indera dan alat gerak lainnya dari melakukan berbagai hal yang dilarang syariat. Mulai dari pendengaran, penglihatan, ucapan, hingga gerak tangan dan kaki diusahakannya agar tidak sampai melakukan tindakan maksiat.

Baca Juga: Dibully Gegara Nyanyi Salah Lirik, Iis Dahlia Bela Diri

Untuk bisa masuk pada tingkatan ini, seorang muslim sedikitnya harus menjaga diri sekaligus menjauhkan diri dari 6 (enam) jenis perbuatan berikut: Pertama, menahan diri dari melihat, memandang segala hal yang dicela dan dimakruhkan yang dapat membimbangkan dan melalaikan hati dari mengingat Allah.

Kedua, menjaga lidah dari perkataan sia-sia seperti mengumpat, berbohong, berkata keji, ucapan yang dapat merenggangkan persaudaraan, ucapan kebencian, atau mengandung riya’. Sehingga seorang muslim yang berpuasa lebih baik berdiam diri dan menggunakan waktu untuk berzikir kepada Allah maupun membaca Al-Qur’an.

Ketiga, menjaga pendengaran dari mendengar kata-kata yang tidak baik. Ucapan yang haram diucapkan, haram pula untuk didengarkan. Keempat, mencegah anggota tubuh lain dari perbuatan dosa dengan menghindari dari segala sesuatu yang makruh, mencegah perut mengonsumsi hal syubhat saat waktu berbuka.

Kelima, tidak berlebihan saat berbuka puasa hingga perut penuh dengan makanan. Sebab perut yang penuh sesak dengan yang halal (dalam konteks berbuka puasa), berbahaya. Sebab seorang tidak mungkin mendapatkan faedah puasa jika saat tiba waktu berbuka, ia hanya mengincar apa yang tidak didapat saat berpuasa.

Keenam, mempunyai hati yang diliputi rasa cemas dengan penuh harap karena ketidaktahuan (apakah puasanya diterima atau tidak). Sehingga seorang muslim harus senantiasa berikhtiar memperbaiki diri dengan tidak berpuasa pada model dan tingkatan yang dilakukan.

Baca Juga: Apakah Obat Hirup atau Inhaler Membatalkan Puasa?

3. Shaum al-Khusus al-Khusus (Puasa Spesial)

Load More